MINEWS – Ada kisah menarik yang selalu diingat masyarakat Papua di tiap pergantian tahun baru. Mereka selalu terngiang ‘fatwa’ dari mulut Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Sebab tepat pada 31 Desember 20 tahun silam, Gus Dur secara resmi mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. “Mata saya memang tidak bisa melihat, tapi hati saya bisa merasakan air mata dan penderitaan orang Papua, maka dari itu wahai orang Papua, hari ini ku kembalikan harga dirimu sebagai bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Gus Dur ketika itu.
Alhasil, Gus Dur menjadi sosok penting bagi rakyat Papua. Karena selain mengangkat derajat Papua, ulama satu ini juga membuat rakyat Papua bisa berbahasa Indonesia.
Apa yang dilakukan Gus Dur tersebut bisa menyatukan perbedaan rakyat Papua yang berbeda etnis dan bahasanya. Contoh saja pada tahun 2000. Sebagai Presiden, Gus Dur mengizinkan masyarakat Papua menggelar kongres.
Bahkan, memberi bantuan dana untuk menggelar Kongres Rakyat Papua II itu. Izin tersebut memberikan ruang demokrasi untuk menyampaikan gagasan dan aspirasi mereka .
Kenangan akan jasa Gus Dur pun juga dialami pemuda asli Papua bernama Yehezli Belaw. Pada tahun 2010 lalu, dirinya mengatakan bahwa dulu ketika menyebut dirinya sebagai orang Papua, takut dikira terkait dengan Organisasi Papua Merdeka.
â€Karena Gus Dur, kami tidak takut-takut lagi menyebut diri kami orang Papua, dan kami bangga dengan itu,†katanya.
Kepedulian terhadap Papua ini membuat Gus Dur dipanggil dengan sebutan “Bapak Papua”. Saking cintanya orang Papua tidak rela jika Gus Dur itu dihina.
“Itu Gus Dur Bapak kami, kamu jangan hina bapak kami, nanti kamu saya kasih mati,” kata pengurus PBNU Eman Hermawan meniru ucapan masyarakat Papua.