Singkirkan Kritik, Rod Stewart Ciptakan Gaya Musiknya Sendiri

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bagi seorang penyanyi memang mengesalkan jika menghadapi kritikus musik yang hobinya menggolong-golongkan lagu. Tidak terkecuali Roderick David Stewart yang lebih terkenal dengan nama panggung Rod Stewart.

Musisi dengan ciri suara serak-serak basah tersebut di awal karirnya memang masuk dalam kategori penyanyi rock oleh para kritikus musik.

Apalagi setelah dia membuat album “Every Picture Tell A Story” pada tahun 1971 dengan single-nya yang sangat indah “Maggie May.” Di Majalah Rolling Stone, album itu oleh kritikus musik Greil Marcus masuk dalam rekaman rock and roll terbesar dalam sepuluh tahun terakhir.

Di situlah nama Stewart mulai berkibar. Nama stewart yang sebelumnya hanyalah seorang penggali kubur serta pengamen jalanan Eropa, mulai terkenal sampai ke Amerika. Single Album ‘Every Picture Tell A Story’ Maggie May menduduki nomor satu tangga lagu di Amerika Serikat.

Lucunya banyak kritikus Inggris justru menyebut album tersebut sebagai musik pop. Para kritikus musik itu baru melek setelah single Maggie May menduduki peringkat tangga lagi di negeri Ratu Elizabeth tersebut.

Setelah itu nama Rod Stewart terus berkibar, namun kritikan terus menderanya. Para kritikus terutama mempertanyakan sikap bermusik Stewart, apakah ingin setia dengan genre rock yang mengawalinya bermusik atau pop.

Karier awalnya bermusik pada 1968. Stewart memang bergabung dengan Ron Wood dan jawara gitar Jeff Beck dalam band bernama The Faces. Warna band mereka memang cenderung nge-rock, meski dalam setiap penampilannya suara Stewart selalu tenggelam oleh lengkingan gitar Jeff.

Rod Stewart dan Keith Richard
Rod Stewart dan Keith Richard

Cap itu juga masih melekat saat Stewart merekam suaranya dalam format piringan hitam berjudul An Old Raincoat Won Ever You Down.

Album ini banyak menampilkan musik-musik akustik yang terpadu dengan suara khasnya sehingga mengesankan itu adalah lagu rock.

Tetapi Stewart tidak pernah memedulikan klasifikasi cara bermusiknya sehingga para kritikus sempat menudingnya sebagai pengkhianat rock karena tidak konsisten dalam bermusik.

Dia terus menciptakan lagu dengan gayanya sendiri. Terbukti ia banyak penggemarnya di seluruh dunia.

“You Wear It Well” dari Album “Never A Dull Moment” yang dia rilis 12 Agustus 1972 bahkan mendapat piringan hitam emas lantaran laku lebih dari 400 ribu kopi.

Ketenarannya terus berkembang ketika Album ‘A Night On The Town’ pada 1976 dan single ‘Tonight The Night’ dengan ciri khas suara serak dan seksi mendudukkan nama Rod Stewart di hit nomor 1 Inggris.

Proses kreatifnya terus berkembang hingga Stewart menciptakan ‘Day a think I m Sexy’ yang bernuansa disko dari album piringan hitam Blondes Have More Fun. Setelah itu Passion dan ‘Young Turks’ pada album ‘Tonight I m Yours.’

Hingga akhirnya masyarakat musik dunia tidak perlu lagi menggolongkan jenis musiknya cenderung ke rock atau pop. Rod Stewart telah menciptakan jenis dan gaya musiknya sendiri yang merasuki dunia.

Di era 80 -an Stewart telah menjadi idola baru dengan hits mendunia ‘I Don’t Wanna to Talk About It’ sehingga banyak orang mencoba mengikuti gayanya. Salah satu yang ditasbihkan adalah Ikang Fawzi. Suami Marissa Haque itu dijuluki Rod Stewart dari Indonesia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini