Kerusuhan Nika di Zaman Bizantium, Saat Pertandingan Olahraga Dipolitisasi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kerusuhan saat perhelatan olahraga seringkali terjadi. Namun tahukah kalian pertama kali terjadi kerusuhan di pertandingan atau lomba ini terjadi di zaman Bizantium.

Tidak tanggung-tanggung. 30 ribu orang tewas karena kerusuhan yang terjadi pada 532 M di Konstantinopel itu, Kerusuhannya sangat gila, bahkan mengancam kehidupan dan pemerintahan Kaisar Justinian.

Kerusuhan ini menjalar ke kota dan terjadi aksi pembakaran gedung besar-besaran. Gereja Hagia Sophia dan beberapa gedung pemerintahan lainnya menjadi obyek pembakaran dna penjarahan. Kerusuhan tersebut terjadi selama lebih dari seminggu dan membakar setengah kota dari Konstatinopel.

Lalu, sebenarnya kenapa bisa terjadi kerusuhan ini?

Nah, di masa Bizantium terdapat sebuah perhelatan olah raga yang dilaksanakan setiap hari libur. Bertempat di Hippodrome –sebuah arena bagi kompetisi olah raga, salah satunya balap kereta kuda.
Ribuan orang akan berkumpul di tempat itu untuk menonton atlet-atlet kebanggaan mereka berkompetisi demi kehormatan suatu golongan tertentu. Terdapat empat tim utama. Untuk menandakannya setiap tim menggunakan warna yang mereka kenakan: putih, merah, hijau, dan biru.
Pada saat Kaisar Yustinianus berkuasa di Bizantium, berbagai kelompok masyarakat menyatakan ketidakpuasan atas pemerintahannya. Mereka sering menyuarakan keluhan atas kinerja kaisar di berbagai tempat. Termasuk saat pertandingan di Hippodrome saat tim yang mendapat dukungan kaisar berlaga. Kaisar Justinian yang menjabat pada tahun 527 M menggantikan pamannya, Kaisar Justin tidak terlalu dianggap oleh para senator dan kalangan bangsawan. Para senator menganggapnya sebagai keturunan rendah dan tidak benar-benar layak untuk dihormati sebagai Kaisar.
Pada Januari 532 M, kritik dan tuntutan masyarakat telah mencapai puncaknya. Saat itu terjadi beberapa pemberontakan di wilayah Bizantium. Dikisahkan, setelah seminggu menghadapi gempuran para pemberontak, Yustinianus memutuskan menonton pertandingan balap kereta kuda di Hippodrome.
Saat sang kaisar tiba di arena, suasana di antara para penonton cukup panas. Mereka yang hadir merupakan bagian dari rakyat yang mendukung penurunan Yustinianus sebagai kaisar, termasuk juga para atlet yang akan bertanding.
Pada akhir kompetisi hari pertama, tim biru dan tim hijau bersatu meneriakkan ‘Nika’ (menang) untuk menunjukkan ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakan kaisar. Tindakan itu menyulut para penonton untuk menyatakan komitmen mereka pada pemilihan kaisar baru di Bizantium, hingga akhirnya kerusuhan besar pun pecah.
Kaisar Justinian dan Istrinya Theodore
Kaisar Justinian dan Istrinya Theodore
Ketika Konstantinopel berada di luar kendali, Yustinianus yang ketakutan telah bersiap untuk melarikan diri. Namun, istrinya Theodora menahannya dan mengatakan bahwa Yustinianus lebih baik tewas ketika memegang jabatan kaisar daripada harus menanggalkan statusnya itu.
Setelah itu, Theodore mengutus sebuah pasukan di bawah pimpinan Belisarius untuk menghabisi kekuatan pemberontak yang tersisa. Pasir di dalam stadion, yang sebelumnya berwarna coklat berubah menjadi merah gelap ketika 30.000 orang tewas. Pasukan kerajaan membantai banyak warga yang tak bersalah.
Theodora kemudian mengatur sebuah strategi untuk menghancurkan kekuatan para pemberontak di dalam negerinya. Ia dan Yustinianus mengirim seseorang untuk menyuap setengah dari rakyat yang melakukan perlawanan di Hippodrome. Jumlahnya yang cukup banyak telah berhasil memecah kekuatan pihak oposisi.

 

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini