Survei SMRC: Mayoritas Masyarakat Dukung Keputusan Pembubaran HTI dan FPI

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research Center (SMRC) memperlihatkan bahwa mayoritas warga setuju dengan keputusan pemerintah membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI).

Survei ini dilakukan terhadap 1.064 responden dengan metode wawancara tatap muka yang dilakukan pada 28 Februari hingga 8 Maret 2021 dengan margin of error kurang lebih 3,07 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Dari survey yang dilakukan, terdapat temuan 32 persen warga yang mengetahui dan pernah mendengar tentang HTI. Dari 32 persen yang tahu, terdapat 76 persen yang mengetahui HTI dilarang.

Peneliti SMRC, Saidiman Ahmad menegaskan bahwa 76 persen yang tahu itu sama dengan 24 persen dari populasi.

“Hasilnya 79 persen menyatakan setuju, 13 persen tidak setuju. Itu artinya 19 persen dari populasi dari populasi setuju, sementara yang tidak setuju ada 3 persen dari populasi,” kata Saidiman, Selasa 6 April 2021.

Sementara untuk FPI, ia mengatakan bahwa ada 71 persen responden yang tahu dan mendengar perihal ormas tersebut. Dari 71 persen itu, 77 persen juga mengetahui bahwa FPI telah dilarang. Bila dari populasi, ada 55 persen warga mengetahui FPI.

Dari populasi yang tahu, ada 59 persen warga yang setuju dengan tindakan pemerintah untuk membubarkan FPI.

“Dari 55 persen yang tahu pembubaran tersebut, 59 persen atau 32 persen dari populasi setuju dengan pembubaran FPI, dan 35 persen atau 19 persen dari populasi tidak setuju,” kata Saidiman.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini