Nekat! Pemotor Ini Gagal Curi Ponsel Pengendara Scooter, Sempat Dikejar Sebelum Kabur

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bagi kamu yang gemar berkendara menggunakan sepeda ataupun scooter, mungkin sering meletakkan ponsel di bagian depan kendaraanmu itu. Hal tersebut bertujuan sebagai penunjuk arah atau sebagainya.

Padahal, melakukan hal itu bisa berbahaya buat kamu lho! Seperti yang dialami pengendara scooter ini.

Viral sebuah video yang memperlihatkan pengendara scooter yang nyaris di jambret oleh seorang pemotor. Rekaman tersebut diunggah oleh akun Instagram @agerathedo.

Dalam videonya, terlihat pengendara scooter itu sedang mengobrol dengan rekannya yang juga mengemudikan scooter. Sontak, kamera dari pengendara scooter tersebut menangkap sosok pemotor yang hendak mengambil ponselnya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Ageng Raditya (@agerathedo)

“Kejar kejar kejar, kejar!” ucap pengendara scooter itu sembari mempercepat kecepatannya.

Pengemudi motor matic itu pun kabur secepat kilat. Untungnya, pemotor itu tak berhasil mencuri ponsel pengendata scooter tersebut.

Meski berusaha mengejar, korban dan rekannya tak bisa menangkap pemotor itu. Mereka pun pasrah tapi setidaknya sudah berusaha sekuat tenaga.

Hal tersebut tentu menjadi pelajaran berharga untuk para warganet. Terutama bagi mereka yang sering meletakkan ponsel di bagian depan stang.

Unggahan mengenai aksi nekat pemotor itu pun mendapat beragam komentar dari warganet.

“Tangannya abis makan gorengan tuh, jadinya licin wkwkwk,” komentar akun fricillasaragih.

“Plat motornya gaada, emang udah niat,” kata akun rizkyakbar06.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Media Sosial sebagai Alat Propaganda: Tantangan Etika dalam Pengelolaan oleh Pemerintah

Mata Indonesia, Jakarta - Di era digital, media sosial telah menjadi saluran utama komunikasi massa yang memfasilitasi pertukaran informasi dengan cepat. Dalam kerangka teori komunikasi, media sosial dapat dilihat sebagai platform interaksi yang bersifat dialogis (two-way communication) dan memungkinkan model komunikasi transaksional, di mana audiens tidak hanya menjadi penerima pesan tetapi juga pengirim (prosumer). Namun, sifat interaktif ini menghadirkan tantangan, terutama ketika pemerintah menggunakan media sosial sebagai alat propaganda.
- Advertisement -

Baca berita yang ini