Theo Hernandez Tak Menyesal Tinggalkan Madrid

Baca Juga

MATA INDONESIA, MILAN – Theo Hernandez menjalani karier terbaiknya bersama AC Milan. Dia mengaku tak menyesal meninggalkan klub raksasa Spanyol, Real Madrid.

Hernandez didatangkan Milan dari Madrid di 2019 senilai 20 juta Euro. Sejak itu, pemain 23 tahun menjadi andalan Rossoneri di posisi bek kiri.

Di musim 2020/21, Hernandez tampil 11 pertandingan di Serie A dengan mengemas tiga gol dan dua assist. Akhir pekan kemarin, dia menjadi pahlawan Milan dengan mencetak dua gol lawan Parma dimana tim besutan Stefano Pioli sempat tertinggal 0-2 lebih dulu.

“Sejak datang ke Milan, saya tampil cukup bagus. Kemarin melawan Parma adalah salah satu penampilan terbaik saya. Saya pikir saya berada di momen terbaik karier saya,” kata Hernandez, dikutip dari Football Italia, Selasa 15 Desember 2020.

Hernandez tak mendapatkan banyak kesempatan main bersama Madrid. Dia hanya mencatatkan 13 penampilan di LaLiga. Sempat dipinjamkan ke Real Sociedad musim 2018/19, pemain asal Prancis itu dilepas ke Milan.

“Saya tak tahu apakan mereka (Madrid) menyesal melepas saya. Saya datang ke Madrid di usia yang sangat muda dan tak mendapatkan banyak menit bermain,” ujarnya.

“Situasinya sulit, karena saya tak punya rasa percaya diri seperti saat ini. Sejak datang ke Milan, saya tampil bagus. Sepertinya saya takkan kembali ke Real Madrid,” ungkapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Media Sosial sebagai Alat Propaganda: Tantangan Etika dalam Pengelolaan oleh Pemerintah

Mata Indonesia, Jakarta - Di era digital, media sosial telah menjadi saluran utama komunikasi massa yang memfasilitasi pertukaran informasi dengan cepat. Dalam kerangka teori komunikasi, media sosial dapat dilihat sebagai platform interaksi yang bersifat dialogis (two-way communication) dan memungkinkan model komunikasi transaksional, di mana audiens tidak hanya menjadi penerima pesan tetapi juga pengirim (prosumer). Namun, sifat interaktif ini menghadirkan tantangan, terutama ketika pemerintah menggunakan media sosial sebagai alat propaganda.
- Advertisement -

Baca berita yang ini