MATA INDONESIA, JAKARTA – Nama WS Rendra barangkali sudah tidak asing lagi bagi penikmat sastra. Sastrawan berkebangsaan Indonesia itu sejak muda sudah menulis puisi, cerpen, skenario drama, dan esai sastra di berbagai media massa.
Karya-karya nya sangat terkenal dan selalu disambut hangat penikmatnya. Sosok legenda yang lahir di Solo pada 7 November 1935 ini menghembuskan nafas terakhirnya di usia 73 tahun.
Pada tahun 1967 sepulang nya dari Amerika Serikat, penyair yang kerap dijuluki burung merak itu mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Bengkel teater tersebut sangat terkenal di Indonesia dan memberikan suasana baru dalam dunia teater tanah air.
Bahkan melalui teaternya ini Rendra melahirkan banyak seniman antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain.
Namun pada tahun 1977 Rendra mendapatkan kesulitan untuk tampil di muka publik dan para kelompok teaternya pun sukar untuk bertahan karena tekanan politik.
Akhirnya untuk mengatasi masalah ekonomi nya Rendra hijrah ke Jakarta lalu pindah ke Depok dan pada tahun 1985 Rendra mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok. Teater Rendra masih berdiri hingga sekarang dan menjadi basis bagi kegiatan keseniannya.
Kedua bengkel yang didirikan Rendra memiliki pengaruh yang kuat dalam dunia teater di Indonesia. Sang maestro teater meninggal pada 2009, mewariskan ribuan karya sastra serta kompleks untuk pengembangan teater seluas 3 hektare di daerah Cipayung, Depok.
Kompleks yang memiliki beragam fasilitas ini mulai dibangun setelah Rendra dan Teaternya sukses menggelar Panembahan Reso di beberapa tempat di Eropa dan di Istora Senayan pada 1986.
Sampai saat ini, Bengkel Teater tetap aktif di bawah pimpinan Ken Zuraida, istri Rendra. Para anggotanya tetap menjalankan an meneruskan apa yang sudah dirintis Rendra semasa hidupnya.
Reporter: Tiara Arninda