MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup melemah di akhir pekan, 11 September 2020. Mengutip data Bloomberg, rupiah berada pada posisi Rp 14.890 per dolar AS atau melemah 0,24 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan mata uang garuda dibayangi oleh sikap pelaku pasar atas pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde yang menekankan bahwa bank tidak menargetkan nilai tukar.
“Tetapi komentar Lagarde yang bertentangan dengan pernyataan sebelumnya serta dampak nilai tukar terhadap inflasi, menyebabkan penurunan berikutnya ke dolar dan kemerosotan dalam mata uang tunggal,” ujarnya Jumat sore.
Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh meningkatnya kasus corona secara global yang tentu saja berdampak buruk bagi pemulihan ekonomi dunia.
Sementara dari dalam negeri, para pelaku pasar masih merespon negatif pernyataan Gubernur DKI Jakarta di Rabu malam tentang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total mulai 14 September.
“Pengumuman tersebut memberikan efek kejut yang sangat dasyat bahkan lebih dari Rp.350 triliun( Kurang lebih) dana asing yang ada di pasar finansial kembali ke luar pasar dan bisa saja perdagangan saat ini akan lebih parah lagi dana saing yang keluar,” kata Ibrahim.
Menurut Ibrahim, kebijakan ini sangat bertentangan dengan semangat reformasi ekonomi yang saat ini sedang di dengung-dengungkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
“PSBB DKI membuat strategi bauran kacau balau yang selama ini sudah berjalan bahkan akan mendapat hasil yang maksimal namun semua hancur lebur karena pernyataan Gubernur DKI Jakarta yang kurang populer tersebut,” ujarnya.