Waspada Cuaca Ekstrem untuk Pemudik di Indonesia Bagian Selatan

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Buat seluruh pemudik yang mempersiapkan ataupun sudah melakukan perjalanan di Indonesia bagian selatan, harap mewaspadai adanya cuaca ektrem yang panas hingga mencapai 33 derajat celcius.

Bahkan, cuaca ektrem itu disebut dapat memicu kebakaran hutan yang akan mengganggu perjalanan para pemudik jelang Idul Fitri 1440 Hijriyah.

Wilayah yang rawan tersebut di antaranya Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.

Dijelaskan kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, pihaknya sudah mengingatkan juga akan potensi gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia.

Kecepatan angin disebut berkisar 25-30 knot dan tinggi gelombang 4.0 6.0 meter di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara, Samudra Hindia Barat yang di prediksi dimulai pada tanggal 1 juni hingga 2 juni 2019.

“Tinggi gelombang 1.25 2.5 m dengan status sangat waspada berpeluang terjadi di Perairan utara Pulau Sabang hingga Barat Aceh,” kata Dwikorita di Jakarta, Rabu 29 Mei 2019.

“Tinggi Gelombang 2.5 4 meter dengan status berbahaya berpeluang terjadi di Perairan Enggano Bengkulu, adapun peningkatan tinggi gelombang pada tanggal 30 Mei 1 Juni 2019 berpeluang terjadi di perairan barat kepulauan Simeulue hingga perairan barat Lampung,” ujarnya menambahkan.

Dwikorita berharap dengan adanya imbauan ini pemudik akan lebih waspada mengenai cuaca pada arus mudik Lebaran 2019.

Informasi terkini mengenai prakiraan cuaca, dapat diakses secara 24 jam melalui call center BMKG (021-6546318), website http://www.bmkg.go.id , dan masyarakat bisa mengupdate informasi melalui twitter @infobmkg dan aplikasi iOS dan android ‘Info BMKG’.

Berita Terbaru

Transformasi Ekonomi Indonesia: Swasembada Pangan dan Energi Jadi Prioritas Strategis

Di tengah kompleksitas situasi geopolitik dunia yang terus berkembang, Indonesia memposisikan program kemandirian pangan dan energi sebagai prioritas strategisnasional. Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam memperkuat sektor pertanian dan energi terbarukan, sebagai bagian dari transformasi ekonomi menuju kemandirian dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan. Transformasi ekonomi Indonesia melalui program swasembada pangan dan energimerupakan wujud nyata dari cita-cita kemandirian bangsa yang telah lama didambakansejak era kemerdekaan. Program strategis ini tidak hanya bertujuan mengurangiketergantungan impor, tetapi juga menghidupkan kembali semangat berdikari yang menjadi fondasi kedaulatan nasional Indonesia.  Dalam konteks kemandirian bangsa, swasembada pangan dan energi menjadi pilar utama yang menentukan kemampuan Indonesia untuk berdiri tegak di tengah dinamikaglobal yang penuh ketidakpastian.  Swasembada bukan tujuan jangka pendek, tetapi fondasi kemandirian nasional. Pemerintah terus membangun visi jangka panjang yang mencakup ketahanan logistik, kedaulatan ekonomi, dan stabilitas nasional. Perspektif ini menegaskan bahwa program swasembada harus dipahami sebagai investasi strategis untuk generasi mendatang. Peter Abdullah, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, memberikan perspektif mendalam mengenai pentingnya transformasi struktural ini bagimasa depan bangsa Indonesia. Menurut Peter Abdullah, upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bangsamelalui swasembada pangan dan energi merupakan langkah strategis dalammemperkuat ketahanan nasional, baik dalam situasi damai maupun krisis global. Pandangan ini menegaskan bahwa program swasembada bukan sekadar target produksi, melainkan investasi jangka panjang untuk stabilitas negara.  Ketahanan pangan dan energi bukan semata isu ekonomi, melainkan bagian daripertahanan negara. Dalam konteks ini, pemerintah mendorong penguatan sektordomestik agar Indonesia tidak bergantung pada impor dalam kondisi darurat. Strategi ini menjadi semakin relevan mengingat berbagai gejolak geopolitik yang kerapmempengaruhi rantai pasokan global. Peter Abdullah melihat upaya ini sebagaimomentum penting untuk mengubah paradigma pembangunan yang selama ini terlalubergantung pada sektor ekstraktif dan impor. Fokus pada transformasi ekonomi ini tidak hanya bertujuan mencapai swasembada, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih resilient dan inklusif. Denganmemperkuat fondasi domestik, Indonesia diharapkan dapat mengurangi kerentananterhadap fluktuasi harga komoditas global dan shock ekonomi eksternal. Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama dalam roadmap swasembada nasional. Pemerintah mulai membenahi sistem insentif agar petani memperoleh keuntungan yang layak, sekaligus menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian. Langkah inidipandang krusial mengingat tantangan regenerasi yang dihadapi sektor pertanianIndonesia. Pemerintah mengedepankan keseimbangan antara harga yang terjangkau bagikonsumen dan pendapatan yang memadai bagi petani. Strategi ini diharapkan dapatmeningkatkan daya beli masyarakat perdesaan dan mendorong pertumbuhan ekonominasional yang lebih merata. Dukungan terhadap komoditas unggulan seperti beras terus diperkuat dalam program swasembada nasional. Pemerintah melihat potensi besar untuk mencapai swasembada, mengingat kapasitas panen Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Optimisme ini didukung oleh kondisi geografis dan iklim Indonesia yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini