Waduh! Seorang Mahasiswi Diduga Jadi Pengepul Uang Panas Suap Ekspor Benur di KKP

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Temuan baru diungkapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal aliran uang suap izin ekspor benih lobster atau benur di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Uang panas itu diduga juga mengalir ke seorang mahasiswi.

Penyidik memeriksa Esti Marina yang merupakan seorang mahasiswi. Dirinya diperiksa karena diduga uang suap dari para ekportir yang mendapat izin ekspor benur mengalir ke perempuan ini.

Selain menyelisik aliran suap mengalir ke seorang mahasiswi, tim penyidik mendalami soal pembelian jam tangan mewah yang dilakukan anggota DPR, Iis Rosita Dewi. Iis merupakan istri dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo.

Soal pembelian jam tangan mewah ini didalami penyidik lewat Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Kementerian Kelautan dan Perikanan Pung Nugroho Saksono.

“Pung Nugroho didalami pengetahuannya terkait dengan dugaan pembelian jam tangan mewah oleh istri EP di Amerika Serikat,” Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri, Kamis 25 Februari 2021.

Dalam kasus ini KPK menjerat Edhy Prabowo dan enam tersangka lainnya. Mereka adalah Safri (SAF) selaku Stafsus Menteri KKP, Siswadi (SWD) selaku Pengurus PT Aero Citra Kargo, Ainul Faqih (AF) selaku Staf istri Menteri KKP, Andreau Misanta Pribadi (AMP) selaku Stafsus Menteri KKP, Amiril Mukminin (AM) selaku sespri menteri, dan Suharjito (SJT) selaku Direktur PT Dua Putra Perkasa (DPP).

Edhy diduga telah menerima sejumlah uang dari Suharjito, chairman holding company PT Dua Putera Perkasa (DPP). Perusahaan Suharjito telah 10 kali mengirim benih lobster dengan menggunakan jasa PT Aero Citra Kargo (PT ACK).

Untuk melakukan ekspor benih lobster hanya dapat melalui forwarder PT Aero Citra Kargo dengan biaya angkut Rp 1.800 per ekor. Perusahaan PT ACK itu diduga merupakan satu-satunya forwarder ekspor benih lobster yang sudah disepakati dan dapat restu dari Edhy.

Dalam menjalankan monopoli bisnis kargo tersebut, PT ACK menggunakan PT Perishable Logistics Indonesia (PLI) sebagai operator lapangan pengiriman benur ke luar negeri. Para calon eksportir kemudian diduga menyetor sejumlah uang ke rekening perusahaan itu agar bisa ekspor.

Uang yang terkumpul diduga digunakan untuk kepentingan Edhy Prabowo dan istrinya Iis Rosyita Dewi untuk belanja barang mewah di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat pada 21-23 November 2020. Sekitar Rp 750 juta digunakan untuk membeli jam tangan Rolex, tas Tumi dan Louis Vuitton, serta baju Old Navy.

Edhy diduga menerima uang Rp 3,4 miliar melalui kartu ATM yang dipegang staf istrinya. Selain itu, dia juga diduga pernah menerima 100 ribu US dolar yang diduga terkait suap. Adapun total uang dalam rekening penampung suap Edhy Prabowo mencapai Rp 9,8 miliar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini