MATA INDONESIA, WUHAN – Setelah mencabut status lockdown 8 April 2020, Kota Wuhan di Provinsi Hubei, Cina dikejutkan dengan lonjakan angka kematian baru yang sangat signifikan. Jika, Kamis 16 April 2020 masih tidak tercatat angka kematian, Jumat 17 April 2020 ini tiba-tiba ada 1.290 kematian baru.
Angka itu dicatat laman worldometer sebagai angka Cina. Dengan demikian seluruh pasien meninggal di Cina Jumat ini menjadi 4.632 orang.
Lonjakan kematian di Wuhan itu dikabarkan karena banyak kasus kematian “dilaporkan secara keliru” atau terlewat dalam penghitungan data sebelumnya.
Cina sebelumnya melaporkan pertambahan kasus dan kematian baru negara itu berjalan lambat dalam sebulan belakangan.
Pada Selasa 7 April 2020 Cina melaporkan nol kematian baru akibat virus corona untuk kali pertama sejak negara itu melaporkan data pada Januari lalu.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Epidemi Wuhan beralasan kasus-kasus yang terlewatkan itu disebabkan staf medis di kota itu kewalahan di awal penyebaran corona sehingga memicu “keterlambatan pelaporan.”
Hal tersebut membuat keraguan publik meningkat terhadap transparansi pemerintah Cina dalam menangani dan melaporkan perkembangan penyebaran wabah corona.
Sejumlah negara barat seperti Amerika Serikat telah berulang kali melontarkan kecurigaan soal tidak transparannya pemerintahan Presiden Xi Jinping dalam melaporkan perkembangan virus corona.
Kecurigaan itu dipolitisir bahwa tertutupnya data korban Covid19 tersebut membuat wabah cepat menyebar ke seluruh dunia.
Semengtara, Amerika Serikat kini menjadi negara dengan kasus dan kematian tertinggi karena corona di dunia. Tercatat ada 678.144 pasien positif dan 34.641 di antaranya meninggal.