Tanggapan Ketua SPSI Karawang Terkait Pindahnya Perusahaan-Perusahaan di Karawang

Baca Juga

MATA INDONESIA, KARAWANG-Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Karawang mencatat ratusan perusahaan angkat kaki dari wilayah industri tersebut.

Sebab, para pengusaha menilai upah buruh yang terlampau tinggi, mencapai Rp 4.798.312 atau urutan kedua upah tertinggi setelah Kota Bekasi.

Ketua Pimpinan cabang FSP TSK-SPSI Kabupaten Karawang, Dion Untung Wijaya SH menanggapi viralnya berita tersebut, menurutnya pernyataan tersebut selalu diulang terus menerus setiap tahun oleh Ketua Apindo padahal sepengetahuan saya sejak 2019 sampai sekarang tidak ada lagi eksodus perpindahan atau penutupan perusahaan di Karawang.

“Perusahaan tutup atau pindah tidak semuanya karena upah tinggi, buktinya di daerah Purwakarta, Subang, Bandung juga banyak yang tutup padahal upahnya lebih rendah dari Karawang,” katanya.

Jadi tutupnya juga karena kebijakan Pemerintah pusat yang tidak berpihak kepada Industri Dalam Negeri, contohnya: Permendag yang membebaskan impor tekstil dan produk tekstil, pasar dalam negeri yg dikuasai oleh Perusahaan-perusahaan Grup Besar sehingga mempersulit perusahaan-perusahaan yang lebih kecil.

“Menurut saya hal tersebut juga seharusnya menjadi tanggung jawab Apindo karena perusahaan-perusahaan kecil itu juga anggota Apindo yg “kalah” oleh Perusahaan Besar dan lain-lain,” ujarnya.

Penyebab perusahaan tutup, antara lain: suku bunga bank yang tinggi, birokrasi yang berbiaya tinggi, kondusifitas di lingkungan sekitar pabrik, Listrik mahal, arus ekspor/impor yg lama, dan lain-lain.

“Upah di Karawang bukan tinggi tetapi di daerah lain yang terlalu rendah karena kebijakan Pemerintah Daerahnya yang berusaha menarik investor masuk dengan upah rendah,” katanya.

Upah di Karawang tinggi karena industri yang ada di Karawang adalah industri ternama dan terbesar di Indonesia dengan Modal besar, Hitech dan membutuhkan keahlian tinggi, contohnya semua merk Otomotif ternama di dunia pabriknya ada di Karawang.

“Karawang upahnya tinggi karena skill pekerjanya yang bagus dan produktivitas serta efisiensinya tinggi serta ditunjang oleh infrastruktur yang sangat menunjang. kawasan industri, jalan tol, dekat bandara dan pelabuhan,” katanya.

Dion juga menjelaskan, kenyataannya sekarang sebagian perusahaan yang relokasi ke daerah lain belum bisa mendapatkan hasil yang maksimal walaupun sudah berjalan bertahun-tahun sehingga perusahaannya yang di Karawang dibuka kembali untuk proses finishing produk dan perbaikan-perbaikan yang dikerjakan oleh pekerja.

“Terkait masalah pengangguran dan kompetensi tenaga kerja di karawang bukan hanya karena banyaknya perusahaan tutup atau kompetensinya tidak memenuhi tetapi juga dikarenakan sistem rekruitmen yang berbiaya tinggi, sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk bisa bekerja di perusahaan A harus bayar sekian walaupun asli orang Karawang,” katanya.

Masih kata Dion, tapi bukan dari daerah sekitar perusahaan sehingga menyebabkan mereka yang tidak mampu bayar tidak bisa bekerja dan perusahaan pun masih ada yang mengambil tenaga kerja dari Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhannya.

“Dengan Upah Karawang yang tinggi banyak perusahaan otomotif besar justru memindahkan pabriknya dari Jakarta ke Karawang dan terus melakukan perluasan pabrik di karawang. Begitupun dgn industri padat karya spt alas kaki dan tekstil terus melakukan rekrutmen karyawan dan perluasan pabrik,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini