MINEWS, JAKARTA – Petani ikut menjerit di musim kemarau kali ini. Sejumlah produk tani gagal panen, lahan jadi kering, dan kalaupun panen tentunya tidak maksimal.
Para petani pun bersuara, meminta pemerintah agar jauh hari sudah melakukan antisipasi musim kemarau. Salah satu permintaan petani adalah tersedianya cold storage atau lemari pendingin yang cukup.
Pasalnya, para petani menilai cold storage yang ada saat ini masih belum cukup menampung hasil pertanian, atau kapasitasnya masih minim. Akibatnya, stabilitas harga di tingkat petani dan konsumen terkadang menjadi jomplang, terutama cabai.
Menurut Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih, di saat produksi melimpah, harga cabai petani anjlok. Lalu, di saat produksi sedang menurun seperti saat ini, konsumen justru terimbas dampak harga yang meroket di pasar.
Jika cold storage itu tersedia, Henry yakin harga akan aman terkendali. Saat petani panen, harga dapat dikontrol karena hasil pertanian ditampung di cold storage, sehingga stoknya terjaga.
Ia pun membandingkan dengan cara-cara menjaga stok hasil pertanian di Eropa. Henry berkata, produki komoditas pertanian dilakukan di musim-musim tertentu dalam sekali tanam. Didukung cold storage dan rantai pasok yang yang pendek, harga komoditas pertanian dan pasokannya terus terjaga.
“Mereka bisa makan anggu setiap hari, padahal panennya setahun sekali. Itu karena stock management mereka bagus,” ujar Henry.
Berdasarkan riset Supply Chain Indonesia pada 2017, kebutuhan cold storage Indonesia sebesar 1,7 juta ton. Dari jumlah tersebut, kapasitas cold storage yang tersedia baru sekitar 200 ribu ton. Sehingga, penambahan kapasitas cold storage di Indonesia dinilai perlu ditambahkan pemerintah.