Awal Pekan, Rupiah Diramalkan Masih Berada di Zona Merah

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat diramalkan masih akan berbalik ke zona merah atau melemah tipis di awal pekan, 14 Oktober 2019.

Sebagai perbandingan, rupiah ditutup menghijau atau menguat tipis pada Jumat 11 Oktober 2019 di level Rp 14.128 per dolar AS atau menguat 0,17 persen.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim pun memprediksi rupiah akan kembali melemah tipis di kisaran Rp 14.120 hingga Rp 14.170 per dolar AS.

Sejumlah sentimen eksternal yang mengakibatkan rupiah kembali melemah di antaranya:

Pertama, soal Brexit. Di mana, Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar pada hari Kamis lalu mengatakan bahwa kesepakatan Brexit dapat diselesaikan pada akhir Oktober untuk memungkinkan Inggris meninggalkan Uni Eropa.

“Selama ini Irlandia adalah faktor utama dalam kebuntuan Brexit yang berkepanjangan,” katanya.

Kedua, rilis data CPI AS yang lemah, mendukung ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada bulan Oktober. Sementara, Indeks Harga Konsumen Inti (IHK) naik hanya 0,1 persen dari bulan sebelumnya, menurut Departemen Tenaga Kerja. IHK yang lebih luas tidak berubah pada 1,7 persen setiap tahun.

Ketiga soal perjanjian dagang AS-China. Di mana, para perunding AS dan Cina terkemuka mengakhiri pembicaraan perdagangan hari pertama lebih dari dua bulan.

“Kelompok-kelompok bisnis pun optimis bahwa kedua pihak mungkin dapat meredakan perang dagang dan menunda kenaikan tarif AS yang dijadwalkan untuk minggu depan,” ujarnya.

Sementara dari internal, pergerakan rupiah akan dibayangi oleh prediksi Bank Dunia soal Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang hanya akan tumbuh lima persen di 2019. Angka ini turun dari prediksi April lalu yakni 5,1 persen.

“Melambatnya PDB ini akibat meningkatnya ketidakpastian ketegangan perdagangan AS-Cina dan BREXIT yang sedang berlangsung sehingga menyebabkan penurunan ekspor serta pertumbuhan investasi,” katanya.

Ia mengatakan bahwa prediksi yang dirilis Bank Dunia ini menjadi cambuk bagi pemerintah dan BI agar lebih berpacu guna untuk kembali menambah daya gedor agar perekonomian kembali tumbuh.

Di samping itu guna mengimbangi perlambatan ekonomi global akibat perang dagang dan BREXIT, Pemerintah terus berkontribusi dengan melakukan strategi bauran agar pasar kembali yakin terhadap iklim investasi dalam negeri.

Disisi lain BI terus melakukan pelonggaran dengan cara menurunkan suku bunga acuan sehingga BI merasa optimis PDB Indonesia akan tumbuh di atas 5 persen yaitu antara 5,03 persen sampai 5,08 persen.

Selain itu, terjadinya percobaan pembunuhan terhadap Menkpolhukam Wiranto oleh oknum anggota JAD di Pandeglang Banten, merupakan batu sandungan bagi pemerintah, apalagi mendekati pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2019 nanti.

“Ini merupakan PR bagi pemerintah agar keamanan untuk pejabat negara khususnya dan umumnya keamanan Indonesia kembali di perketat sehingga pelaku pasar kembali percaya dan iklim investasi kembali tumbuh dan bergairah,” katanya.

Berita Terbaru

Memperkokoh Kerukunan Menyambut Momentum Nataru 2024/2025

Jakarta - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, berbagai elemen masyarakat diimbau untuk memperkuat kerukunan dan menjaga...
- Advertisement -

Baca berita yang ini