MINEWS.ID, JAKARTA – Mungkin hanya Andi Ramang satu-satunya pesepakbola Indonesia yang diakui sebagai legenda Indonesia oleh Federasi Sepakbola Dunia, FIFA.
Berkat kelihaiannya mengolah si kulit bundar, lelaki kelahiran Barru, Sulawesi Selatan 24 April 1924 dijuluki sebagai “Indonesian who inspired ’50s meridian” atau “orang Indonesia yang menginspirasi puncak sukses era 1950.”
Federasi itu memang sangat beralasan memberikan julukan tersebut, sebab Ramang mampu membawa Indonesia memangkan lima dari enam pertandingan persahabatan dengan tim-tim dari Asia.
Indonesia hanya kalah dari Korea Selatan 1-3. Dari keenam laga tersebut Ramang menyumbangkan 19 dari total 25 gol yang diproduksi Timnas Indonesia.
Kepiawaiannya juga nyaris membawa Indonesia ke Piala Dunia 1958 karena berhasil membawa Indonesia lolos babak kualifikasi setelah menyingkirkan China dengan skor agregat 4-3.
Indonesia pun maju ke putaran kedua kualifikasi Piala Dunia dan berada satu grup bersama Israel. Karena haluan politik Indonesia yang memihak kepada Palestina, membuat Ramang dan kawan-kawan harus melupakan tampil di putaran final Piala Dunia ke Swedia. Timnas Indonesia langsung mengundurkan diri karena menolak bertanding dengan Israel dari turnamen itu.
Ramang juga ikut menginspirasi kesuksesan Indonesia saat menahan imbang 2-2 melawan raksasa sepak bola saat itu, Jerman Timur dalam sebuah laga persahabat di Jakarta pada 1959.
Ramang juga sempat membuat kiper Tim Raksasa Uni Soviet (sekarang Rusia) Lev Yashin terpana dengan sepak terjang Ramang di lapangan hijau.
Pada leg pertama babak perempat final Olimpiade 1960 di Roma, Ramang dan kawan-kawan berhasil menahan imbang tim Beruang Merah tersebut 0-0.
Barulah pada leg kedua skuat Uni Soviet menjaga ketat pergerakan Ramang yang mengenakan kaos bernomor 11. Akhirnya Timnas Indonesia yang saat itu dilatih Antony Pogacnik tersebut gagal melaju ke semifinal Olimpiade.
Namun berkat kehebatan Ramang yang mampu membawa sebuah tim negara ‘antah berantah’ waktu itu ke panggung sepak bola dunia.
Sayang ukiran gemilangnya di lapangan sepak bola tidak secemerlang kehidupannya di luar lapangan.
Dia mengakhiri hidupnya dalam kemiskinan bahkan namanya ikut terjerat dalam Skandal Senayan yang tersohor pada 1962 sehingga Ramang dilarang bermain untuk Timnas Indonesia seumur hidupnya sehingga nasibnya terpuruk.
Sang legenda meninggal dunia 26 September 1987 di usia 63 tahun akibat penyakit paru-paru, tanpa bisa berobat di rumah sakit akibat kekurangan biaya.