Permintaan maaf ini muncul setelah muncul penelitian yang mengungkap kekerasan oleh militer Belanda selama masa Perang Kemerdekaan 1945-1949. ”Saya minta maaf untuk mereka yang harus hidup dengan konsekuensi dari perang kolonial di Indonesia,” kata Perdana Menteri Mark Rutte di Brussel, ibu kota Belgia, Kamis 18 Februari 2022.
Pemerintah Belanda mengakui seluruh temuan dari penelitian sejarah yang sangat penting. Penelitian ini bukan merupakan bentuk kerja sama dengan pemerintah Indonesia.
Setelah lebih dari 70 tahun kemerdekaan Indonesia, penelitian tersebut menemukan bahwa negara oranye ini menggunakan kekerasan demi merebut kembali wilayah
bekas jajahannya. Upaya tersebut dilakukan setelah Perang Dunia II berakhir. Kesimpulan dari hasil penelitian itu mengungkap Belanda melakukan tindak kekerasan dengan sengaja. Kekerasan tersebut terjadi baik dari sisi hukum, militer, dan yudisial.
Setelah melanggar batasan etis yang berlaku kala itu, Belanda kemudian melakukan perang terhadap Indonesia. Pihak Indonesia kemudian melawan melalui strategi Gerilya.
Selama perang berlangsung, militer negara ini juga tak henti-hentinya melakukan kekerasan. Bentuk kekerasan tersebut mulai dari eksekusi ekstrayudisial, penyerangan dan penyiksaan, penahanan dalam kondisi yang tak manusiawi, pembakaran rumah dan kampung-kampung, penjarahan dan perusakan barang berharga dan makanan milik penduduk, serangan-serangan udara dan pengeboman yang terus menerus, serta penangkapan secara acak dan massal dan pemenjaraan.
Penelitian mengungkap bahwa tindak kekerasan militer tersebut bukan tanpa konsultasi dan persetujuan dari Pemerintah Belanda. Para pejabat saat itu disebut tidak menggubris adanya kekerasan yang dilakukan oleh militer. Mereka bahkan menolak untuk bertanggung jawab.
Perang terhadap Indonesia merupakan upaya Belanda untuk mendapat kendali atas Indonesia. Kala itu mereka merasa keberadaan di wilayah Timur sangat perlu. Selain itu, juga karena motif ekonomi dan geopolitik.
Sikap dan langkah untuk berusaha menguasai Indonesia justru menjadi bumerang. Akibat kekerasan militer tersebut, negara oranye ini sempat mengalami pengasingan di panggung internasional. Akhirnya Belanda melakukan penyerahan kedaulatan secara resmi pada 27 Desember 1949 setelah mendapat tekanan Internasional.