Pertamina Perluas Layanan di Papua Barat untuk Bantu Masyarakat Dapatkan BBM

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui Sub-Holding Commercial & Trading (C&T) Region Papua Maluku terus mengembangkan jaringan Pertashop yang berada di wilayah Papua Barat pada khususnya.

Menurut Unit Manager Communication & CSR Pertamina Regional Papua Maluku, Edi Mangun, upaya perluasan Pertashop ini dilakukan untuk meningkatkan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Dengan adanya Pertashop, masyarakat dapat mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih dekat dan cepat, sehingga dapat memangkas jarak tempuh ke SPBU terdekat yang bisa berjarak beberapa kilometer,” katanya, Senin 15 Agustus 2021.

Edi mengungkapkan bahwa untuk memuluskan rencana tersebut pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk melakukan penambahan outlet. Adapun harga dan kualitas BBM yang disajikan Pertashop sama dengan yang dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

“Kami berharap Pertashop dapat menjadi jawaban pemerataan distribusi energi yang akan memberikan efek berkelanjutan bagi perkembangan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Pertashop merupakan lembaga penyalur resmi Pertamina berskala lebih kecil dari SPBU yang dimiliki oleh Pertamina, dan telah memenuhi aspek legalitas dan aspek HSSE (Health, Safety, Security, and Environment).

Pertashop juga merupakan bagian penting dari program OVOO (One Village One Outlet) yang digalakkan oleh Pertamina. Semenjak digalakkan pada 2020 silam, Pertashop disebut telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

Hingga saat ini, total sudah 16 titik Pertashop beroperasi di wilayah Papua Barat dengan rincian 10 titik tersebar di wilayah Manokwari hingga Manokwari Selatan, 2 di Kaimana, 1 di Fak Fak, dan 3 di wilayah Sorong.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini