Penghentian Ekspor Nikel Jadi Pancingan Tarik Investor Asing ke Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Pelarangan ekspor nikel yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk menarik investor asing datang ke Indonesia untuk mencari bahan baku. Hal itu diungkapkan oleh Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef, Dzulfian Syafrian.

Karena, kata dia pertambangan nikel berkaitan erat dengan tiga sektor seperti investasi, industri, dan perdagangan.

“Di sisi lain, ada kebijakan hilirasasi produk minerba agar tidak mengekspor ke luar negeri. Itu yang harus diubah industrialisasi hilirisasi, daripada keruk lalu dikirim, mending ditambahkan nilai tambah di Indonesia,” katanya.

Dzulfian mengatakan, Indonesia beruntung memiliki kondisi keberadaan bahan baku nikel yang melimpah. Karena itu, kebijakan pelarangan ekspor nikel perlu ditindaklanjuti dengan pembangunan pabrik dalam negeri agar berpeluang menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Selain itu, pabrik dalam negeri yang dikelola investor asing juga perlu menjadi rantai pasok dengan pabrik luar negeri agar memiliki kejelasan saaran ekspor.

Dalam kondisi tersebut, berdasarkan pengamatan Dzulfian, pemerintah saat ini tengah melakukan perubahan strategi skala besar, khususnya di Kementerian Investasi. Dimana sebelumnya berorientasi ekspor komoditas mentah, saat ini tengah melakukan upaya agar komoditas mentah dapat diproses di dalam negeri.

Karena itu, pemerintah perlu mengisi kekosongan rantai pasok tersebut dengan menyediakan kelengkapan dari hulu hingga ke hilir,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini