Program Rumah Subsidi Jadi Bentuk Nyata Keadilan Sosial

Baca Juga

Oleh: Farhan Permana )

Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam menjamin akses masyarakatterhadap hunian yang layak melalui program rumah subsidi. Lebih dari sekadar proyekpembangunan fisik, program ini mencerminkan kehadiran negara dalam mewujudkankeadilan sosial yang inklusif. 

Dengan menyediakan rumah bersubsidi yang terjangkau bagi kelompok masyarakatberpenghasilan rendah, negara tidak hanya menjawab kebutuhan dasar warganya, tetapi juga membuktikan bahwa setiap orang berhak atas kehidupan yang bermartabat.

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, menegaskan bahwaprogram ini harus dilihat sebagai wujud keadilan sosial, bukan hanya proyekinfrastruktur. Pemerintah menempatkan rumah subsidi sebagai bagian penting daristrategi pemerataan kesejahteraan. 

Peningkatan kuota menjadi 350 ribu unit pada tahun 2025, dari sebelumnya hanya 200 ribu unit, menunjukkan lonjakan yang mencerminkan keseriusan negara dalammemenuhi hak atas tempat tinggal yang layak. Pemerintah berupaya agar rumahsubsidi tidak hanya menjadi angka dalam laporan, tetapi juga solusi nyata bagimasyarakat yang sebelumnya kesulitan menjangkau pasar perumahan formal.

Guna memastikan efektivitas program, Kementerian PKP melakukan pembenahanmenyeluruh atas sejumlah tantangan klasik yang selama ini menghambat implementasi, seperti legalitas tanah, kualitas konstruksi, hingga ketepatan sasaran penerima. Maruarar menekankan pentingnya akurasi data sebagai fondasi pelaksanaan yang tepat sasaran. 

Saat ini, pembaruan data penerima manfaat berbasis Badan Pusat Statistik dilakukansecara berkala setiap tiga bulan. Hal ini memungkinkan bantuan benar-benar disalurkankepada mereka yang membutuhkan, termasuk kalangan profesi seperti jurnalis, yang juga dilibatkan dalam program sebagai bagian dari pengawasan sosial.

Kementerian PKP juga menjalin kerja sama lintas lembaga untuk memperluas cakupanmanfaat. Salah satunya melalui alokasi 5.000 unit rumah subsidi bagi pegawai lembagapemasyarakatan. Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, menyatakanbahwa kebijakan ini merupakan bentuk nyata keberpihakan negara terhadap para pegawai lapas yang selama ini menghadapi tantangan ekonomi. 

Dengan penghasilan terbatas dan tingginya harga properti di wilayah perkotaan, banyakdari mereka belum memiliki rumah sendiri. Dukungan dari program FLPP memberimereka peluang untuk memiliki hunian yang layak tanpa beban finansial yang berat.

Agus juga menyampaikan bahwa proses pendataan dan pengawasan dilakukan secaraketat melalui sinergi dengan BPKP, Kejaksaan, dan BPS. Ini menjadi jaminan bahwadistribusi rumah dilakukan secara adil, transparan, dan sesuai ketentuan. 

Bagi Agus, rumah subsidi tidak hanya sekadar bantuan sosial, melainkan instrumennyata keadilan sosial. Ia juga mengapresiasi kepemimpinan Menteri Maruarar yang dinilainya tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta mampu menghadirkan solusiyang konkret dan berkelanjutan dalam isu perumahan nasional.

Sementara itu, dukungan dari sektor keuangan juga menjadi pilar penting keberhasilanprogram ini. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menyatakan bahwapihaknya meningkatkan secara signifikan kuota pembiayaan rumah subsidi menjadi25.000 unit pada tahun ini, dari sebelumnya hanya 7.000 unit pada tahun lalu. 

Peningkatan sebesar 484 persen ini menjadi cerminan nyata partisipasi aktif sektorperbankan dalam memperkuat sistem pembiayaan nasional untuk masyarakat bawah. Darmawan menyebut bahwa dari total 104.000 karyawan Mandiri Group, sekitar 21.000 di antaranya masih belum memiliki rumah. Namun demikian, ia memastikan bahwakuota FLPP tidak hanya diperuntukkan bagi internal perusahaan, melainkan terbukauntuk seluruh masyarakat yang memenuhi syarat.

Darmawan optimistis pelaksanaan program dapat berlangsung efektif berkat jaringanBank Mandiri yang tersebar di seluruh Indonesia, serta dukungan platform digital yang mampu mempercepat proses pembiayaan. Ia menilai sinergi antara pemerintah, BP Tapera, dan sektor perbankan merupakan refleksi dari pentingnya kolaborasi publik-swasta dalam membangun sistem pembiayaan yang inklusif dan berkelanjutan. BagiBank Mandiri, program ini bukan hanya soal ekspansi kredit, melainkan bagian daritanggung jawab sosial untuk menciptakan dampak nyata di tengah masyarakat.

Hingga akhir Mei 2025, pemerintah telah mencatat realisasi belanja FLPP sebesarRp12,59 triliun. Dana ini digunakan untuk mendukung pembangunan lebih dari 101 ribuunit rumah di 379 kabupaten dan kota. Alokasi tahun ini ditargetkan untuk membiayai220 ribu unit rumah dengan total anggaran Rp18,77 triliun. 

Sekitar Rp11,5 triliun telah dicairkan ke BP Tapera sebagai bentuk pelaksanaan darikebijakan yang telah berlangsung sejak 2010. Total rumah yang telah terbangun melaluiprogram ini mencapai lebih dari 1,5 juta unit, menunjukkan kesinambungan danefektivitas program dalam jangka panjang.

Program rumah subsidi pun menjadi bagian dari kebijakan strategis pemerintahanPresiden Prabowo Subianto. Melalui arahan langsung dari Presiden, pemerintahmempercepat pelaksanaan program-program prioritas, termasuk FLPP. Tujuannya tidakhanya untuk memperluas cakupan penerima manfaat, tetapi juga menciptakan efekberganda dalam perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatandaya beli masyarakat. 

Keberhasilan program rumah subsidi saat ini merupakan buah dari kebijakan yang dirancang untuk menjamin bahwa keadilan sosial dapat dinikmati secara nyata olehsetiap warga negara, di mana pun mereka berada.

*) Pengamat Kebijakan Publik – Lembaga Kajian Kebijakan Publik Bentang Nusantara

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Mewaspadai Bahaya Judi Daring di Balik Layar Gawai Anak

Oleh : Rizka Soraya )* Masyarakat memiliki tanggung jawab secara aktif dalam memerangi maraknya praktik judi daring guna mewujudkan lingkungan digital yang lebih aman dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini