MATA INDONESIA, JAKARTA-Pasar ekspor produk oleokimia nasional terus meningkat sepanjang lima tahun terakhir. Hal itu dikatakan oleh Ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) Rapolo Hutabarat.
Ketua Umum APOLIN, Rapolo Hutabarat,mengatakan pada 2019 volume ekspor oleokimia mencapai 3,22 juta ton dengan nilai 2,04 miliar dolar AS, naik menjadi 3,77 juta ton dengan nilai 2,77 miliar dolar AS pada 2020.
Sepanjang 2021, tambahnya, volume ekspor produk oleokimia tersebut kembali tumbuh menjadi
4,2 juta ton dengan nilai 4,4 miliar dolar AS.
“Pada 2022, ekspor ditargetkan naik menjadi 4,4 juta-4,7 juta ton. Nilai ekspornya diperkirakan
menjadi 4,7 miliar dolar AS,” ujar Rapolo.
Negara tujuan utama pasar ekspor oleokimia adalah Tiongkok, India, Eropa, Afrika, dan Timur
Tengah.
Namun demikian, lanjutnya produk oleokimia Indonesia menghadapi tuduhan subsidi dari India. Itu
sebabnya, asosiasi bersama pemerintah berupaya menjawab isu ini supaya Indonesia tidak
kehilangan pasar ekspor oleokimia di India.
“Jika Indonesia kalah akan kehilangan potensi pasar oleokimia di India mencapai Rp8 triliun,”
katanya.
Di Eropa, tambahnya, tuduhan dumping juga dialamatkan kepada produk oleokimia Indonesia,
oleh karena itu saat ini asosiasi berupaya menjawab tuduhan tersebut di World Trade Organization
(WTO) sampai 2024.