Pakar: Jonan dan Susi Pilihan Brilian untuk Garuda dan Perikanan Indonesia

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Belakangan ini beredar kabar bahwa mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan bakal diplot sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia. Sementara Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti digadang-gadang bakal mengisi posisi salah satu petinggi Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo).

Hal ini ditanggapi secara positif oleh Peneliti Alpa Research Database Ferdy Hasiman. Ia mengatakan, Jonan dan Susi merupakan pilihan yang tepat untuk memperbaiki kinerja BUMN yang selama ini sarat dengan praktik rente sejumlah oknum yang mendatangkan kerugian yang tak sedikit bagi negara.

“Ini sebuah langkah yang patut diapresiasi dari upaya pemerintah Jokowi lewat Menteri BUMN Erick Tohir untuk melakukan pembenahan,” ujarnya ketika dihubungi Minews.id, Rabu 27 November 2019.

Ia mengatakan, bila kelak Jonan ditunjuk menjadi salah satu petinggi Garuda Indonesia, maka itu adalah pilihan yang tepat. Alasannya karena Jonan punya kinerja dan visi yang bagus.

“Saya pikir ini adalah tempat yang pas untuk dia. Ia bisa membantu untuk membenah masalah keuangan dalam maskapai plat merah ini,” katanya.

Kata Ferdy, sosok Jonan bukanlah wajah baru dalam dalam kementerian BUMN. Jonan dinilai sudah cukup mengenal dengan baik kultur BUMN.

“Terlebih kultur BUMN yang tidak beres di zaman Said Didu dkk yang banyak ngomong di luar tapi kinerja tak nampak. Jonan itu sebagai salah satu berlian di dalamnya. Dia itu pembeda dengan direktur-direktur lainnya. Jadi Jonan punya visi yang bagus. Bukan cuma cari profit, tapi pelayanan TSOnya juga jalan,” ujarnya.

Salah satu jasa Jonan yang diungkapkan Ferdy adalah soal kereta api. Pembangunan teknologi kereta api dibangun dengan bagus di zaman Jonan masih bertugas di Kementerian Perhubungan. Hal itu dinilai menjadi modal bagi Jonan.

“Orangnya cukup konsisten dan pendiriannya cukup kuat. Dia tidak mudah dipengaruhi orang. Jadi dia cocok di sana karena di Garuda itu, yang untuk bukan Garudanya, tapi orang yang sewa (rental) pesawatnya. Jadi banyak orang yang tak jelas di sana. Kalau Jonan masuk maka dia pasti akan tau rantai bisnisnya seperti apa?,” katanya.

Maka kata Ferdy, untuk posisinya di Garuda bila nanti terpilih, ia menyarankan agar Jonan diplot sebagai Direktur Utama.

“Saya gak terlalu suka kalau dia jadi Komisaris. Gak cocok untuk dia itu. Malah akan bikin tambah rugi. Jonan harus Dirut biar utang garuda berkurang dan pelayanan jadi lebih prima,” ujarnya.

Sementara soal Susi, Ferdy mengatakan, ia adalah sosok yang bersih, berintegritas dan pekerja keras. Tak hanya itu, Susi juga dinilai punya visi untuk membangun korporasi.

“Nah saya kira rencana penempatannya di Perindo itu sangat bagus karena dia sudah paham akan sektor itu karena pernah jadi Menteri Kelautan. Selain itu, pengalamannya dalam berbisnis lewat Susi Air bisa jadi modal jika kelak ditarik ke sana (entah jadi Dirut atau Komisaris) karena dia sudah paham kira-kira bisnis ini bakal dibawa ke mana,” katanya.

Kemudian, kata Ferdy, jika Presiden Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, maka salah satu yang digenjot adalah Perindo.

“Perusahaan ini harus benar-benar ekspansif dan harus mampu mencari mitra bisnis yang baru. Itu yang paling penting. Tapi kendala BUMN kita adalah soal keuangan itu ya. Maka harus diberikan keyakinan kepada mitra bisnis untuk bisa masuk ke sini,” ujarnya.

Berita Terbaru

Hilirisasi Buka Lapangan Pekerjaan dan Arah Ekonomi

Oleh: Winna Nartya *) Dalam perdebatan publik, hilirisasi kerap direduksi menjadi larangan ekspor bahan mentahatau pembangunan smelter. Padahal, substansi kebijakan ini jauh melampaui industri berat. Staf Khusus Menteri Investasi dan Hilirisasi, Sona Maesana, menekankan bahwa hilirisasiadalah soal penciptaan nilai tambah yang berkelanjutan, kemandirian ekonomi, danpembukaan lapangan kerja, serta penentuan arah masa depan bangsa. Ia melihat, daripengalamannya di dunia usaha dan kini di ranah kebijakan, bahwa hilirisasi hanya akanbertahan bila ekosistem investasinya sehat dan ada keberpihakan pada pelaku lokal. Karenaitu, ia menilai sekadar mendirikan pabrik tidak cukup; pertanyaan kuncinya adalah siapa yang menikmati nilai tambahnya dan bagaimana rantai pasoknya melibatkan anak bangsa secaraaktif. Dalam pandangannya, hilirisasi mesti membuka pekerjaan lokal, mengikutsertakan UKM, dan menaikkan kelas pengusaha Indonesia melalui kemitraan yang nyata. Di ranah kebijakan, Sona Maesana menjelaskan pemerintah mendorong integrasi antarapelaku lokal dan asing, memberi insentif bagi investor yang membina industri lokal, sertamenata regulasi yang transparan agar tumpang tindih perizinan berkurang. Ia juga menilaikecepatan dan kepastian perizinan lebih penting daripada angka komitmen investasi di ataskertas, karena tanpa eksekusi yang jelas, angka hanyalah janji. Sebagai jembatan antarabahasa investor dan bahasa pemerintah, ia mendorong cara pandang baru: bukan sekadar“menjual proyek”, melainkan menumbuhkan kepercayaan jangka panjang. Ia pun mengingatkan bahwa hilirisasi tidak berhenti pada mineral dan logam; sektor digital, pertanian, farmasi, hingga ekonomi kreatif perlu masuk orbit hilirisasi melalui keterhubunganstartup kesehatan dengan BUMN farmasi, petani dengan pembeli industri lewat platform lokal, serta skema yang mengkomersialisasikan inovasi kampus.  Di tingkat kelembagaan, peta jalan hilirisasi diperkuat oleh kolaborasi antarpemerintah, industri, dan kampus. Himpunan Kawasan Industri (HKI) menandatangani nota kesepahamandengan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, yang disaksikan Presiden Prabowo Subianto. Ketua Umum HKI, Akhmad Ma’ruf Maulana, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan perwujudan AstaCita untuk mendorong kemandirian ekonomi, memperkuat keberlanjutan, dan mempercepatinovasi teknologi sebagai pilar pertumbuhan. Ia menegaskan peran HKI sebagai penghubungsektor industri, pendidikan, dan pemerintah untuk melahirkan daya saing berbasispengetahuan dan inovasi. Ruang lingkupnya meliputi penyelarasan kurikulum dengankebutuhan industri, kolaborasi riset untuk mempercepat hilirisasi dan menarik investasi, sertapeningkatan daya saing melalui pembentukan SDM industri yang unggul. Contoh konkret hilirisasi yang langsung menyentuh pasar tenaga kerja tampak di Aceh. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah, menyerukan penghentianekspor karet mentah karena pabrik pengolahan di Aceh Barat, yaitu PT Potensi Bumi Sakti, siap beroperasi menampung seluruh produksi lokal. Ia menilai pengolahan di dalam daerahpenting untuk mendorong hilirisasi, membuka lapangan kerja, dan menaikkan kesejahteraan. Pabrik yang berdiri di lahan 25 hektare itu memiliki kemampuan mengolah 2.500 ton karetkering per bulan, dan pemerintah daerah menilai stabilitas serta keamanan investasi harusdijaga agar manfaatnya langsung dirasakan rakyat Aceh. Di klaster pangan–petrokimia, hilirisasi juga dikuatkan melalui kemitraan strategis. DirekturUtama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi, menjelaskan bahwa perusahaanmemperluas kerja sama dengan Petronas Chemicals Group Berhad untuk memperkuatketahanan pangan regional sekaligus mendorong hilirisasi pupuk dan petrokimia di Indonesia. Kolaborasi ini mencakup penjajakan sinergi pasokan urea dan amonia, transfer pengetahuan teknis dan operasional, serta penguatan tata kelola Kesehatan, Keselamatan, danLingkungan (Health, Safety, and Environment/HSE).  Jika ditautkan, tiga simpul di atas, yakni kebijakan investasi yang berpihak pada pelaku lokal, penguatan link–match kampus–industri, dan proyek pengolahan komoditas serta petrokimia, menggambarkan logika hilirisasi yang lengkap. Lapangan kerja tidak hanya muncul di pabrikutama, melainkan juga pada efek pengganda: logistik bahan baku, jasa pemeliharaan mesin, kemasan, transportasi, layanan digital rantai pasok, hingga jasa keuangan dan asuransi. Dengan kurikulum yang diselaraskan, talenta lokal tidak sekadar menjadi tenaga operasional, melainkan juga teknisi, analis proses, dan manajer rantai pasok....
- Advertisement -

Baca berita yang ini