Najwa Shihab Masuk Radar Jabat Menteri Sosial, Ini Kata Pengamat

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Nama jurnalis Najwa Shihab digadang-gadang bakal mengisi jabatan menteri di Kabinet Kerja jilid II Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing pun berpendapat jika mantan Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV tersebut layak menduduki posisi Menteri Sosial.

Emrus beralasan, Najwa Shihab punya kemampuan dan kapabilitas yang luar biasa. “Artinya ketika wartawan mengajukan pertanyaan yang dapat mengungkap fakta berarti dia punya kemampuan yang luar biasa,” kata Emrus di Jakarta, Minggu 28 Juli 2019.

Najwa dinilai memiliki jiwa nasionalis yang sangat tinggi, karena sosok pluralis. Sebab, kata Emrus, pembawa acara Mata Najwa tersebut bisa mempertahankan kondisi kemajemukan dan keberagaman bermasyarakat, serta religius.

“Menurut saya integritas dia sangat luar biasa, karena tidak pernah berhenti berkarya. Ini contoh bahwa dia tidak akan pernah padam sekalipun ada tantangan, saya kira dia punya jiwa kepemimpinan yang luar biasa,” kata dia lagi.

Emrus pun menyarankan, jika Presiden Joko Widodo mencari calon menteri independen atau nonpartai, Najwa Shihab adalah salah satu yang memenuhi syarat dan memiliki potensi besar.

“Saya melihat karena rata-rata acara dia menyangkut hal yang humanis, pluralis, dan menjalin kebersamaan. Saya kira dia tepat dijadikan Menteri Sosial. Kalau memang latar belakangnya hukum bisa juga dipertimbangkan untuk menteri Hukum dan HAM. Tapi saya rasa lebih tepat menjadi Menteri Sosial sehingga kohesi sosial kita antaranak bangsa berjalan dengan baik,” kata Emrus.

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini