MATA INDONESIA, JAKARTA-Industri manufaktur makan dan minum Indonesia mendapat dukungan dari badan pemerintah dan perusahaan asing di Selandia Baru dalam hal pemanfaatan teknologi.
Teknologi pintar ini bertujuan meningkatkan efisiensi serta keselamatan operasional pabrik. Teknologi sistem keamanan tinggi yang dapat membantu mengelola keselamatan dengan mengurangi kontak antar sesama manusia.
“Tak hanya itu sistem pendingin udara yang fleksibel, rekayasa industri virtual yang mempermudah analisa data dan pengambilan keputusan, dan teknologi virtual untuk K3L (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Lingkungan),” ujar Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, sekitar 49,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia adalah pengeluaran makanan dan 16,9 persen berasal dari makanan olahan.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman mengalami penurunan dari 7,8 persen pada tahun 2019 menjadi 1,5 persen pada tahun 2020 akibat gangguan dari pandemi covid-19.
Masih banyaknya manufaktur makanan dan minuman Indonesia yang beroperasi manual dengan kendali manusia secara penuh.
Menurut Adhi, industri makanan minuman memainkan peran penting dalam perekonomian nasional dan pandemi Covid 19, menyebabkan gangguan besar dalam nilai pertumbuhan dan kompetitif secara global.
“Teknologi Industri 4.0 menghadirkan digitalisasi dan Human Machine Interface (HMI). Inovasi tersebut akan memajukan industri makanan minuman Indonesia dari operasional secara manual menjadi serba otomatis, lalu menjadi operasional secara otonom,” katanya.
Dengan beragam praktik baru yang muncul akibat Covid-19, kegiatan operasional yang lebih aman menjadi semakin penting. Dan diperkirakan terus berlaku ke depan.
Teknologi tidak hanya mengoptimalkan peran manusia, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk mengelola risiko di bidang operasional.