Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul melaporkan peningkatan kasus leptospirosis di wilayahnya sejak tahun 2021.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul, Sidiq Hery Sukoco, mencatat ada 17 kasus leptospirosis dengan 4 kematian pada tahun 2021. Angka tersebut meningkat pada tahun 2022 dengan 34 kasus dan 5 kematian.
“Pada tahun 2023, terdapat 84 kasus leptospirosis dengan 4 kematian, dan hingga Kamis 13 Juni 2024, ada 15 kasus tanpa kematian,” ujarnya Sabtu 15 Juni 2024.
Hery menjelaskan bahwa tren peningkatan kasus leptospirosis disebabkan oleh deteksi dini yang semakin baik, sehingga lebih banyak kasus yang terlaporkan. Meskipun jumlah kasus meningkat, angka kematian menunjukkan penurunan.
“Mayoritas penderita leptospirosis adalah petani karena bakteri leptospira banyak ditemukan di lingkungan kerja mereka,” tambahnya.
Dinkes telah menyediakan reagen untuk deteksi dini leptospirosis yang didistribusikan ke seluruh puskesmas dan rumah sakit.
Selain itu, Dinkes membentuk puskesmas sentinel leptospirosis untuk meningkatkan kesadaran tenaga kesehatan (nakes) terhadap diagnosis leptospirosis.
Ada tujuh wilayah yang menjadi lokus kasus leptospirosis, yaitu Karangmojo, Patuk, Gedangsari, Ponjong, Saptosari, Panggang, dan Tanjungsari.