Kumpulkan Receh Hasil Ngamen, Suami-Istri Ini Bisa Beli Mobil

Baca Juga

MATA INDONESIA, PONTIANAK – Pepatah, “rajin menabung pangkal kaya” benar-benar dipraktikkan Dwi Halijah dan Indra, suami-istri yang bisa membeli mobil hanya dengan mengamen seadanya.

Cara mereka mengamen tidak lebih bagus dari kebanyakan pengamen jalanan lainnya. Indra yang membawa perangkat suara selalu berjalan di belakang sang istri yang bernyanyi melalui mikropon yang dihubungkan ke perangkat itu.

Kehadiran mereka belakangan mengundang perhatian netizen bukan karena kualitas suara Halijah lebih baik, tetapi karena saat mereka mengamen diantar mobil murah atau LCGC.

Semurah-murahnya harga mobil itu, pasti tidak akan percaya jika bisa terbeli dari hasil mengamen karena kendaraan yang sangat minim fitur keselamatan tersebut biasanya harus ditebus di sekitar angka Rp 100 juta per unit.

“Kami sebelum ini bertahun-tahun menggunakan sepeda motor menembus panas dan hujan, maka saya kasihan dengan rekan-rekan kami (sesama pengamen) yang menghambur-hamburkan uang jerih payah mereka. Sedangkan kami terus berusaha menabung jadi inilah hasil kami,” ujar Dwi Halijah di samping mobil warna silver itu yang dikutip Minggu 27 September 2020.

Dwi dan Indra menegaskan dia tidak pernah memaksa orang untuk memberikan uang setelah mereka menyanyikan sebuah lagu.

Namun, pasangan suami-istri dari Pontianak yang mengamen hingga Singkawang tersebut tidak pernah mengeluh mereka terus menabungkan uangnya hingga terbeli kendaraan roda empat.

Jadi, “rajin menabung pangkal kaya” benar-benar terbukti.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini