Korban Pedofil Sebut Pihak Gereja di Prancis Pengecut

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Imam dan pemuka gereja di Prancis diketahui melakukan pelecehan seksual terhadap lebih dari 200 ribu anak selama kurun waktu 70 tahun terakhir. Hal ini terungkap melalui sebuah penyelidikan yang dirilis pada Selasa (5/10).

Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa Gereja Katolik di Prancis menutup mata, melindungi diri mereka sendiri, dan tidak peduli terjadap para korban pelecehan, kata Jean-Marc Sauve, kepala komisi yang menyusun laporan tersebut.

“Sebagian besar korban adalah anak laki-laki. Banyak dari mereka berusia antara 10 dan 13 tahun,” kata Jean-Marc Sauve, melansir Reuters, Rabu, 6 Oktober 2021.

Kasus pelecehan seksual terhadap ratusan anak-anak yang melibatkan ribuan imam dan pemuka gereja ini menjadi masalah serius di Prancis dari yang diperkirakan sebelumnya. Skandal ini juga mengguncang Gereja Katolik Roma, setelah serangkaian skandal pelecehan seksual di seluruh dunia – yang kerap melibatkan anak-anak.

Kini para korban pedofil di Gereja Katolik di Prancis pun menuntut aksi nyata setelah rilis laporan penyelidikan terbaru. Paus Fransiskus berterima kasih kepada para korban karena memiliki keberanian untuk maju.

Ketua Konferensi Waligereja Prancis, Eric de Moulins-Beaufort, mengatakan gereja itu malu dan menyebut laporan itu sebagai bom. Ia juga meminta maaf dan berjanji untuk bertindak.

Komisi tersebut dibentuk oleh para uskup Katolik di Prancis pada akhir 2018 untuk menjelaskan pelanggaran dan memulihkan kepercayaan publik terhadap gereja pada saat jumlah jemaat berkurang.

Sauve menambahkan bahwa gereja perlu mereformasi cara mendekati masalah tersebut untuk membangun kembali kepercayaan dengan masyarakat. Ia mengungkapkan komisi itu telah mengidentifikasi sekitar 2.700 korban melalui panggilan untuk kesaksian, dan ribuan lainnya telah ditemukan di arsip.

Gereja harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi, kata komisi itu, dan memastikan laporan pelecehan diteruskan ke otoritas kehakiman. Puncak pelecehan terjadi selama periode 1950-1970, kata komisi itu dalam laporannya, dengan kemunculan kembali kasus-kasus di awal 1990-an.

Sebuah studi luas oleh kelompok penelitian dan jajak pendapat memperkirakan ada sekitar 216.000 korban, dan jumlahnya bisa meningkat menjadi 330.000 jika termasuk pelecehan oleh anggota awam.

“Skalanya belum pernah terjadi sebelumnya. Ada sekitar 2.900-3.200 tersangka pedofil di gereja Prancis selama 70 tahun terakhir,” kata Sauve.

Salah satu korban pelecehan seksual gereja, Francois Devaux, yang juga merupakan pendiri Asosiasi Korban La Parole Liberee, mengatakan kepada perwakilan gereja pada presentasi laporan: “Anda adalah aib bagi kemanusiaan kita,” katanya.

“Di neraka ini telah terjadi kejahatan massal yang keji … tetapi ada yang lebih buruk lagi, pengkhianatan kepercayaan, pengkhianatan moral, pengkhianatan terhadap anak-anak,” tuturnya.

Dia mengklaim bahwa pihak Gereja pengecut dan berterima kasih kepada komisi tersebut, dengan mengatakan bahwa laporan itu akan membuktikan titik balik: “Anda akhirnya memberi para korban pengakuan institusional atas tanggung jawab gereja,” ucapnya.

Temuan Prancis datang setahun setelah Inggris mengatakan Gereja Katolik telah menerima lebih dari 900 pengaduan yang melibatkan lebih dari 3.000 kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di Inggris dan Wales antara tahun 1970 dan 2015, dan bahwa ada lebih dari 100 tuduhan yang dilaporkan setahun sejak 2016.

Pada Juni, Paus Fransiskus mengatakan krisis pelecehan seksual Gereja Katolik adalah malapetaka di seluruh dunia. Sejak pemilihannya tahun 2013, ia telah mengambil serangkaian langkah yang bertujuan untuk menghapus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur oleh para ulama.

Tahun ini, Paus mengeluarkan revisi paling ekstensif terhadap undang-undang Gereja Katolik dalam empat dekade, bersikeras bahwa para uskup mengambil tindakan terhadap ulama yang melecehkan anak di bawah umur dan orang dewasa yang rentan.

Tetapi para kritikus menuduh Paus Fransiskus menanggapi skandal pelecehan seks terlalu lambat, gagal berempati dengan para korban, dan secara membabi buta mempercayai kata-kata rekan klerusnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini