Kontroversi Nama Whiski Timah Tuai Perdebatan di Malaysia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Whiski Timah buatan Malaysia yang memenangkan penghargaan telah mengecewakan sejumlah kalangan. Kritik dilontarkan pada merek tersebut atas pilihan namanya.

Meski pembuatnya telah mengeluarkan penjelasan mengenai makna di balik nama tersebut, hal itu tidak menghentikan Menteri di Departemen Urusan Agama, Perdana Menteri Idris Ahmad, untuk mengajukan pengaduan ke Kementerian Perdagangan dan Konsumen Dalam Negeri serta Kementerian Dalam Negeri Malaysia.

Dalam wawancara singkat dengan TV Al Hijrah, ia mengkonfirmasi bahwa laporan telah diajukan ke dua kementerian untuk menyerukan penyelidikan.

“Kami sudah konsisten. Kami tidak setuju dengan ini,” katanya.

Sementara itu, anggota Majelis Ulama, Syura Datuk Mahfodz Mohamad, mengatakan bahwa perusahaan alkohol tidak boleh menggunakan nama produk yang dapat membingungkan umat Islam. Ia kemudian menambahkan bahwa “Timah” terdengar membingungkan.

Ia berkata, hal ini mengingat pemerintah tidak dapat melarang konsumsi alkohol karena Malaysia juga memiliki warga negara non-Muslim.

“Tetapi mereka tidak boleh menggunakan nama Muslim dalam produk mereka yang akan membingungkan komunitas Muslim. Saya lebih suka jika nama yang digunakan tidak membingungkan, karena akan terlihat produk tersebut untuk umat Islam dan membingungkan masyarakat,” ujarnya.

Namun, pembuat whiski Timah mengatakan nama itu berasal dari kata Melayu untuk ‘timah’, yang mengingatkan pada era penambangan timah di masa kolonial Inggris.

“Gambar pria yang ada di botol kami, Kapten Speedy (penjelajah Inggris, Tristram Charles Sawyer Speedy), adalah salah satu orang yang memperkenalkan budaya whiski saat itu. Kami tidak bermaksud memilih nama tersebut untuk menimbulkan kontroversi,” demikian pernyataan pihak perusahaan.

“Setiap interpretasi nama kami yang tidak terkait dengan penambangan timah Malaysia adalah salah. Timah dimaksudkan untuk dinikmati oleh non-Muslim di atas usia legal untuk membeli alkohol,” sambungnya.

Kontroversi masih terus berjalan

Beberapa kritik dilontarkan melalui media sosial, mereka beranggapan bahwa nama itu adalah nama Muslim tradisional – Fatimah yang merupakan nama putri Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah R.A.

Koordinator gerakan Pengacara untuk Keadilan, S. Raveentharan, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa ini seharusnya tidak menjadi masalah. Dirinya bahkan mengatakan bahwa para kritikus ini tidak memiliki hal yang lebih baik untuk dilakukan.

“Jika ini menjadi masalah, terserah kepada setiap orang Malaysia untuk memutuskan ke mana mereka ingin negara itu menuju – negara moderat yang fondasinya dibangun, atau negara yang terlalu bersemangat, yang berkompromi pada prinsip-prinsip progresif untuk merangkul kebijakan garis keras hanya untuk menakut-nakuti investor dan membalikkan pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Aktivis hak-hak perempuan, Ivy Josiah, juga mengecam kaum yang mengkritik Timah dengan mengatakan: “Ini adalah contoh sempurna untuk membuat gunung dari sarang tikus tanah. Faktanya, saya merasa konyol harus menanggapi pelanggaran yang dibuat-buat ini.”

“Merek telah mengklarifikasi bahwa ‘timah’ berarti ‘timah’. Para pengkritik seharusnya tidak terlalu memikirkan hal ini,” katanya.

Namun, Presiden Asosiasi Pengacara Syariah Malaysia, Musa Awang, mengatakan, menggunakan nama merek untuk produk non-halal yang dapat menunjukkan banyak arti dapat membingungkan, terutama jika identik dengan ras Melayu dan Islam.

“Situasi ini akan menimbulkan kontroversi,” katanya dalam wawancara singkat.

Meskipun dia setuju bahwa “timah” berarti “timah” dalam bahasa Melayu, itu juga bisa merujuk pada versi singkat dari nama Melayu “Fatimah”.

Timah dikenal di kalangan masyarakat Melayu sebagai kependekan dari nama ‘Fatimah’. Lebih penting lagi, Fatimah juga mengacu pada nama putri Nabi Muhammad. Inilah sebabnya mengapa pemerintah harus menemukan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini untuk menghindari kebingungan di antara konsumen Muslim.

‘Bencana, bukan sesuatu yang bisa dibanggakan’

Sebelumnya, Kepala Informasi Pemuda, Nazir Helmi, menyebut kemenangan internasional Timah sebagai “bencana dan penghinaan terhadap negara”.

Dia menambahkan bahwa hanya agama Islam yang melarang konsumsi alkohol, itu “tidak hanya mempengaruhi non-Muslim tetapi seluruh masyarakat, terlepas dari ras dan agama”.

“Berapa banyak orang Malaysia yang meninggal akibat alkohol, baik karena kecelakaan di jalan atau kecanduan alkohol? Berapa banyak institusi keluarga yang runtuh karena alkohol?” katanya.

Dia juga meminta kementerian terkait untuk menutup pabrik, menambahkan bahwa mengekspor barang-barang seperti itu tidak akan membawa kebaikan.

Reporter: Sheila Permatasari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini