Konflik Cina vs AS Berpeluang Usik Keamanan Sejumlah Negara di Sekitar LCS

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ketegangan antara Cina dan AS kembali memanas di Laut Cina Selatan (LCS). Hal ini ditandai dengan kehadiran kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan. Kapal ini didampingi oleh kapal jelajah berpeluru kendali USS Shiloh dan kapal penghancur berpeluru kendali USS Halsey.

Kehadiran 3 kapal perang ini sebagai bentuk penolakan terhadap klaim Cina atas sebagian wilayah LCS. Bahkan Cina telah meningkatkan kehadiran militernya di LCS dalam beberapa tahun terakhir. Di antaranya dengan membangun pulau buatan dan pangkalan udara.

Hal ini tentu akan mendapat respon dari Cina. Negeri Tirai Bambu ini sering keberatan dengan misi militer AS di LCS dengan mengatakan misi itu tidak membantu mempromosikan perdamaian atau stabilitas.

Menurut Pakar Geostrategi Ian Montratama, gejolak yang ditimbulkan oleh dua negera ini akan memengaruhi kondisi perekonomian, terutama perdagangan internasional.

“Mungkin ada peluang atau risiko baru, jika industri di AS dan Cina terdampak akibat konflik. Great powers lain mungkin memiliki peluang untuk tampil lebih dominan dalam politik dan ekonomi dunia, seperti Uni Eropa, Rusia dan India,” ujarnya kepada Mata Indonesia, Jumat 18 Juni 2021.

Sementara dari segi politik, konflik tersebut akan berpengaruh bagi negara-negara pantai. Mereka tentu akan dituntut untuk memperbolehkan aset tempur AS dan/atau Cina melintas atau bersandar/mendarat.

“Hal ini akan berimbas pada hubungan bilateral dengan negara rival yang berkonflik (entah Cina atau AS),” katanya.

Bahkan menurut Ian, Natuna akan menjadi lokasi yang strategis untuk pangkalan militer untuk AS maupun Cina. Ia pun khawatir negara-negara yang memiliki wilayah di LCS bisa dijadikan sasaran proksi.

“Negara kepulauan seperti Indonesia rawan untuk dipecah-belah karena faktor keberagaman identitas suku, agama dan ras,” ujarnya.

Ia pun menyarankan agar Indonesia dalam forum ASEAN harus terus konsisten menyuarakan conflict avoidance dan mempromosikan kerja sama di Indo-Pasific.

“Hanya itu yanh bisa kita lakukan sbg kumpulan negara2 yang lemah jika dibandingkan AS dan Cina. The absence of conflict is the only thing that matters,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini