MATA INDONESIA, NEW DEHLI – Kesal dan marah karena wilayahnya bau dan jorok, sejumlah warga yang marah di kota Agra menamakan kompleks perumahan mereka sebagai kota bau. Hal ini untuk memprotes masalah yang mereka hadapi.
Warga di wilayah Shahganj dan Jagdishpura menyebut penyebab wilayahnya jorok dan bau karena pembangunan jalan yang tak selesai. Ini menyebabkan tersumbatnya air dan jalan macet.
Kota yang bau ini berada di wilayah India utara itu adalah lokasi Taj Mahal, salah satu tujuan wisata dan banyak menarik turis.
Meski wilayahya menjadi tempat wisata, namun warga di dua tempat itu mengeluh mereka harus hidup di tengah situasi yang jorok.
Mereka menuduh pemerintah tidak memperbaiki masalah yang mereka hadapi walaupun mereka sudah berulang kali mengajukan keluhan.
Juru bicara politisi India, Baby Rani Maurya, yang di wilayah konstituennya terdapat jalan yang rusak mengatakan pihaknya telah mengambil langkah guna memperbaiki jalan. ”Kami telah menulis surat kepada pemerintah untuk meminta dana tambahan sehingga pembangunan jalan bisa berjalan kembali,” katanya.
Namun karena tak ada tanggapan, sejumlah warga yang marah memutuskan untuk mengambil tindakan. Mereka membuat nama kota dengan plang hijau dan tulisan putih, sama seperti yang dibuat pemerintah.
Mereka memasang nama-nama itu di perempatan jalan dan gedung-gedung. Navneet Nagar misalnya namanya menjadi “badboo nagar” (kota bau). Kawasan Mansarovar menjadi “kawasan selokan”. Dan wilayah Panchsheel menjadi “durgandhsheel” (wilayah bau).
Tentu nama-nama ini tidak resmi. Namun akhirnya menjadi bahan pembicaraan di antara 4,4 juta penduduk kota.
Setelah protes itu muncul di media, barulah para pejabat mulai mengunjungi kota itu pada Senin 10 Oktober 2022 dan mulai mencabut papan-papan nama.
Warga di Shahganj dan Jagdishpura mengatakan bahwa jalan-jalan yang tak selesai itu seharusnya selesai puluhan tahun lalu. Mereka mengatakan hujan deras menyebabkan penyumbatan di banyak tempat.
Prashant Sikarwar, 29, seorang pengusaha yang tinggal di salah satu kompleks perumahan di dekat jalan yang belum selesai itu mengatakan jalan rusak menghambat kedua anaknya pergi ke sekolah selama musim hujan. ”Banjir begitu parah sehingga bus sekolah menolak masuk ke jalan ini saat hujan lebat. Anak-anak saya terpaksa membolos sekolah selama beberapa hari,” katanya.
“Sulit juga bagi ambulans masuk bila ada kondisi darurat.”
Sikarwar mengatakan bahkan saudaranya tak pernah mengunjungi mereka selama musim hujan karena jalanan banjir.
“Kami berulang kali mengeluh, pemerintah setempat tak pernah melakukan apapun untuk menyelesaikan pembangunan jalan,” katanya.
Warga mengatakan walaupun sering dikeluhkan, pemerintah setempat tak pernah mengambil tindakan.
Seorang pemilik toko, Prahlad Singh Chahar, 50, mengatakan banyak sampah berserakan di jalan dan menyebabkan semua tempat itu berbau.
“Kualitas udara sangat buruk dan ada juga masalah nyamuk. Orang terpaksa menjual rumah mereka,” katanya. Ia mengatakan mencoba menjual tokonya untuk pindah ke tempat lain.
Penduduk juga merencanakan untuk meluncurkan kampanye “tak ada jalan berarti tak ada suara”.
Ia mengatakan, “Kami ingin para politisi memperhatikan nasib kami dan membantu kami. Saat ini, masalah kami diabaikan.”
Penulis: BBC/Alya