Kemayoran Jadi Wilayah DKI Jakarta yang Kualitas Udaranya Paling Buruk

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA - Selalu dan selalu, setiap hari demi hari, DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara paling buruk di dunia, terutama saat pagi, siang hingga sore.

Berdasarkan pantauan dari laman resmi AirVisual, Kamis 15 Agustus 2019 siang, kualitas udara ibu kota terus memburuk dengan US Air Quality Index (AQI) atau Indeks Kualitas Udara mencapai 161 dan konsentrasi parameter PM2.5 75 ug/m3.

Nah, ada delapan wilayah di Jakarta yang kualitas udaranya benar-benar tak bisa lagi ditoleransi dan harus segera dipikirkan cara mengatasinya oleh Gubernur Anies Baswedan.

Paling buruk adalah wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat dengan US AQI 181 dan konsentrasi parameter PM 2.5 sebesar 113,2 ug/m3. Disusul Pejaten Barat, Jakarta Selatan dengan US AQI 168 dan konsentrasi parameter PM 2.5 87,8 ug/m3.

Selanjutnya adalah Rawamangun, Jakarta Timur dengan US AQI 168 dan konsentrasi parameter PM 2.5 sebesar 88,8 ug/m3. Lalu wilayah di sekitar Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS), Jakarta Selatan, US AQI tercatat sebesar 162 dengan konsentrasi parameter PM 2.5 77 ug/m3.

Kemudian wilayah di sekitar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) hingga Gelora Bung Karno (GBK), mencatatkan US AQI sebesar 161 dengan konsentrasi parameter PM 2.5 75 ug/m3.

Di wilayah lainnya, kualitas udara di Pegadungan, Jakarta Barat, juga tercatat tidak sehat dengan US AQI 160 dan konsentrasi parameter PM 2.5 sebesar 73 ug/m3. Sementara itu, kualitas udara di Mangga Dua Selatan tercatat sebesar 155 dengan konsentrasi parameter PM 2.5 63,7 ug/m3.

Sedangkan di wilayah sekitar Kedutaan AS Jakarta Pusat, kualitas udaranya juga tidak sehat dengan UA AQI 153 dan konsentrasi parameter PM 2.5 59 ug/m3.

 

 

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini