MATA INDONESIA, WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan meninjau ulang dokumen terkait serangan 11 Septemer 2001. Pertimbangan ini diambil setelah keluarga korban meminta Presiden Joe Biden untuk tidak menghadiri peringatan tersebut, kecuali ia mengungkap soal dugaan yang menunjukkan bahwa para pemimpin Arab Saudi turut terlibat.
“Pemerintahan saya berkomitmen untuk memastikan tingkat transparansi maksimum di bawah hukum,” kata Biden dalam sebuah pernyataan, melansir Times of India, Selasa, 10 Agustus 2021.
“Saya menyambut baik pengajuan Departemen Kehakiman hari ini, yang berkomitmen untuk melakukan tinjauan baru terhadap dokumen di mana pemerintah sebelumnya telah menegaskan hak istimewa dan untuk melakukannya secepat mungkin,” ucapnya.
Anggota keluarga korban serangan di New York dan Washington – yang menewaskan hampir 3 ribu orang itu, mengajukan permohonan kepada Biden dalam sebuah surat yang dirilis pada Jumat (6/8) saat peringatan ke-20 semakin dekat.
Pemerintah Arab Saudi telah menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak memiliki peran dalam serangan pesawat yang dibajak. Namun, Biro Penyelidik Federal AS (FBI) mengungkap nama seorang pejabat Kedutaan Arab Saudi yang memberi dukungan kepada dua teroris Al-Qaidah yang melancarkan serangan pada 11 September 2001.
Kantor Kejaksaan AS di Manhattan mengatakan bahwa FBI telah memutuskan untuk meninjau klaim sebelumnya yang telah dibuat tentang mengapa mereka tidak dapat merilis beberapa informasi yang diminta oleh keluarga.
Jaksa mengatakan FBI telah memutuskan untuk meninjau pernyataan sebelumnya yang telah dibuat tentang dokumen yang diistimewakan untuk mengidentifikasi informasi tambahan yang sesuai untuk pengungkapan dan akan mengungkapkan informasi tersebut secara bergulir secepat mungkin.
James Kreindler, seorang pengacara untuk beberapa keluarga, menegaskan bahwa ia dan kliennya berharap langkah FBI dan Departemen Kehakiman menunjukkan dokumen yang telah para keluarga korban cari selama bertahun-tahun.
“Kami menghargai Presiden Biden yang mengakui keluarga kami hari ini saat kami mengejar keadilan dan akuntabilitas terhadap Kerajaan Arab Saudi,” kata Brett Eagleson, yang ayahnya Bruce Eagleson terbunuh, dalam sebuah pernyataan.
“Sayangnya, bagaimanapun, kami telah mendengar banyak janji kosong sebelumnya,” sambungnya.
Ia menambahkan, Departemen Kehakiman seharusnya dapat bertindak segera untuk menghasilkan dokumen termasuk Laporan Tinjauan FBI 2016 yang tidak diedit dari penyelidikan biro selama bertahun-tahun terhadap agen pemerintah Saudi yang kabarnya memberikan bantuan substansial kepada para pembajak, serta telepon, catatan, maupun keterangan para saksi.