MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebelum memberlakukan lockdown pada Senin, 18 Maret 2020 lalu, kasus corona di Malaysia telah meningkat menjadi 553. Jumlah ini pun menjadi tertinggi di Asia Tenggara.
Kondisi ini pun dikhawatirkan bisa berimbas kepada sejumlah wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia seperti wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Riau hingga Kepulauan Riau.
Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dokter Hermawan Saputra pun menanggapi hal ini.
Ia mengatakan, untuk mengukur seberapa besar efek penyebaran corona ke sejumlah wilayah perbatasan, maka harus melihat kondisi Malaysia.
“Peta penyebaran wabahnya beredar di daerah mana saja? Di Kuala Lumpur, di Johor itu memang tetaplah beresiko. Tapi kalau di Serawak, Kuching dan sekitarnya perlu dicek. Di sana ada kasus atau tidak, walaupun Malaysia melakukan lockdown total, gitu lho. Tapi kalau ada kasus di Serawak, Kuching dan sekitarnya, maka ada potensi penularan di daerah perbatasan,” katanya kepada Mata Indonesia, Selasa 17 Maret 2020.
Namun menurutnya, penyebaran tersebut tidak akan lagi berlanjut karena pemerintah Malaysia telah menerapkan kebijakan lockdown. “Konsekuensi dari lockdown, pergerakan antar warga kita ke sana tidak lagi bisa. Ataupun dari Malaysia ke luar pun menjadi sulit,” ujarnya.
Namun, ia menganjurkan agar pemerintah Indonesia tak perlu lengah. Pada wilayah tapal batas, terutama di pintu perbatasan perlu disediakan pemeriksaan yang komprehensif.
“Baik thermal scannernya maupun pemeriksaan orang per orang soal riwayat interaksinya selama ini,” katanya.
Hermawan juga mengharapkan agar masyarakat tak perlu panik berlebihan atas corona, meski angka kasusnya terus bertambah. Ia mengatakan, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah melakukan physical distance alias pembatasan jarak antar pribadi.
“Kalau kemarin disebut sosial distancing, sekarang saya lebih menekankan Physical distance. Buat saya yang penting adalah pembatasan kontak fisik orang per orang,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar masyarakat tetap menerapkan perilaku hidup sehat. Seperti, kalau habis dari keramaian dan bersentuhan dengan benda-benda yang tempat publik, biasakan cuci tangan.
“Kalau tidak ada air, maka tentunya menggunakan hand sanitizer. Bisa juga disiapkan di kantong atau di dalam mobil,” katanya.
Kemudian saat berada di ruang publik, disarankan untuk menggunakan masker. Walaupun penggunaannya diwajibkan bagi mereka yang sakit. “Lalu kalau tidak ada kegiatan di luar yang penting, lebih baik di rumah saja,” ujarnya.