Ini Kata Ahli Soal Jakarta Tenggelam dan Bagaimana Antisipasinya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Ucapan Presiden Amerika Serikat Joe Biden soal Jakarta akan tenggelam akibat perubahan iklim dan pemanasan global, mendapat sorotan dari para ahli di Indonesia.

Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bambang Hero Saharjo, mengatakan isu Jakarta tenggelam bukan barang baru, sudah sejak beberapa tahun lalu, Jakarta sudah diprediksi tenggelam.

Bahkan, beberapa pulau kecil dikabarkan sudah tenggelam atau menghilang. Sementara pulau-pulau lainnya tinggal menunggu waktu.

Bambang menjelaskan, ancaman perubahan iklim yang mengakibatkan wilayah tenggelam itu tidak hanya di Indonesia. Namun menurut dia, isu Jakarta tenggelam itu belakangan menjadi sorotan banyak orang akibat beberapa kabupaten atau kota juga terancam menghilang akibat perubahan iklim.

“Dulu orang menganggap dampak perubahan iklim itu hanya isapan jempol belaka, namun sekarang mungkin baru sadar bila ancaman tersebut adalah nyata di depan mata,” katanya.

Dia berpendapat ancaman itu bisa dicegah pemerintah. Dengan catatan semua pihak saling sepakat untuk mengatasi persoalan tersebut.

Menurut dia, persoalan itu tak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Melainkan juga diselesaikan kementerian/lembaga terkait.

“Sebagai contoh beberapa waktu yang lalu penjualan pasir putih baik legal maupun ilegal telah berujung pada berkurangnya luasan pantai atau daratan yang dilakukan sekelompok orang, tetapi akhirnya semua menikmati dampak negatifnya,” ujarnya.

KLHK punya cara sendiri untuk mengatasi ancaman tersebut dan tentu berkolaborasi dengan kementerian atau lembaga terkait. Dikarenakan masalah seperti ini penyelesaiannya bukan sektoral tetapi kolaboratif integratif yaitu saling menguatkan.

“Kita lihat saat ini berdirinya Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) itu juga secara tidak langsung merupakan bagian dari upaya bertahap untuk penyelesaian masalah tersebut,” kata dia.

Sementara itu, Pakar Institut ITB, Heri Andreas mengungkap kajian, bukan hanya Jakarta yang diproyeksikan bakal tenggelam.

Dalam data penelitiannya, banjir rob yang perlahan-lahan menenggelamkan wilayah pesisir akibat efek global warming, sea level rise dan land subsidence telah terjadi di banyak tempat di wilayah pesisir Nusantara, ada 112 kabupaten kota yang terancam tenggelam akibat perubahan iklim.

“Penurunan tanah di sana lebih cepat dan besar. Wilayah-wilayah di bawah lautnya juga bisa lebih besar dari Jakarta serta masih ada 112 kabupaten kota yang berpotensi untuk tenggelam mulai dari Pantai Timur Sumatera, Pesisir Kalimantan, Pantura Jawa, sedikit di Sulawesi dan Papua,” katanya.

Penurunan lahan akibat global warming di pesisir nusantara berada di tingkat mengkhawatirkan. Pasalnya beberapa daerah di Indonesia dapat mengalami penurunan tanah (Land Subsidence) mencapai 8-18 centimeter per tahunnya.

Beberapa daerah tersebut diantaranya Langsa, Medan, Jakarta, Karawang, Blanakan, Indramayu, Semarang, Pekalongan, Demak, Palangkaraya, Banjarmasin.

Penurunan tanah dapat dikurangi bahkan dihentikan dengan mengurangi atau menghentikan eksploitasi air tanah, mengontrol eksploitasi migas dan mengontrol eksploitasi lahan gambut.

“Faktor dominan eksploitasi air tanah dengan mereduksi atau memberhentikan eksploitasi air tanah. Adanya program substitusi air tanah dengan pipanisasi, sumber-sumber air permukaan,” ujarnya.

Lebih dalam, Heri Andreas juga mengatakan dalam menyikapi potensi tenggelamnya Nusantara adalah dengan pembangunan sistem monitoring dan pemetaan risiko serta early warning.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini