Ini Inovasi yang Perlu Dilakukan BIN agar Tetap Eksis Jaga Negara di Era Milenial

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Salah satu fokus Presiden Jokowi di periode kedua pemerintahannya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Agar visi Jokowi ini bisa berjalan lancar, maka stabilitas politik, hukum dan keamanan perlu dijaga. Nah, lembaga negara yang menjadi garda terdepan untuk urusan ini adalah Badan Intelijen Negara (BIN).

Hal ini diungkapkan oleh Pengamat intelijen dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib. Ia mengatakan peran penting BIN dalam menjaga stabilitas negara dilakukan secara senyap. Lembaga ini diklaim punya jasa besar dalam mengawal Pemilu Presiden sehingga bisa berjalan damai dan lancar. Bahkan, Kepala BIN Jenderal (purn) Budi Gunawan (BG) berhasil membawa situasi sejuk dan damai dengan mempertemukan Prabowo Subianto dan Presiden Jokowi di stasiun MRT Lebakbulus.

“Pertemuan itu membuka pintu rekonsiliasi nasional, bahkan kita tahu bersama Prabowo lantas menjadi Menteri Pertahanan,” ujarnya kepada Minews.id, Senin 2 Desember 2019.

Ridlwan mengatakan, salah satu semboyan BIN adalah “Berhasil tidak dipuji, mati tidak dicari.” Kredo ini sudah menjadi bagian dari identitas tugas yang tak terpisahkan dari para anggotanya. Hal ini juga nampaknya dipahami betul oleh BG.

“Sangat jarang beliau muncul di televisi atau media, apalagi mengklaim keberhasilan. Hal itu memang tabu bagi insan intelijen,” katanya.

Selain itu, kata Ridlwan, filosofi dalam lembaga intelijen adalah harus loyal pada satu pimpinan yakni Presiden. Maka BG wajib hanya melapor pada Jokowi, secara langsung, dan tidak boleh dipublikasikan media. Karena itu, sangatlah wajar jika dalam Kabinet Indonesia Maju, Jokowi tetap mempertahankannya sebagai Kepala BIN.

“Itu artinya User (Presiden) puas dan percaya dengan BIN. Upaya senyap dan profesionalitas BIN juga sangat dibutuhkan selama 5 tahun mendatang. Fakta yang nyata dan tak terbantahkan,” ujarnya.

Alasan lain yang membuat BG layak jadi pimpinan BIN adalah sikapnya yang luwes sehingga bisa dekat dengan semua pihak. Misalnya, ia kini menjabat sebagai pengurus Dewan Masjid Indonesia yang sangat diterima di berbagai ormas Islam dan Pondok Pesantren.

Kemudian, latar belakangnya sebagai polisi yang memulai karir dari bawah, membuat BG mudah mengakses berbagai lapisan strata sosial masyarakat. “Maka, keputusan Jokowi mempertahankan BG sudah tepat,” katanya.

Meskipun demikian, kata Ridlwan, untuk lima tahun mendatang yang sarat akan pengaruh milenial dan serba digital, BIN harus terus berinovasi. Apalagi, informasi berseliweran begitu cepat, maka perlu sistem baru agar bisa memastikan informasi yang diterima pimpinan BIN akurat dan cepat.

Selain itu, tantangan Indonesia untuk 5 tahun mendatang juga akan sangat beragam. “Karena itu tidak ada salahnya, jika Kepala BIN perlu menciptakan perangkat operasi dan sistem kendali yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman. Agar motto BIN, ‘Veloz et Exactus’ , benar dan tepat waktu bisa terwujud,” ujarnya.

Tak hanya itu, BG juga dianjurkan memiliki staf khusus dari kalangan milenial seperti Jokowi. Asalkan sosok yang direkrut itu adalah anak-anak muda yang cerdas dan pro NKRI. “Mereka bisa berperan sebagai staf, mata dan telinga tambahan untuk merespon jaman yang serba Milenial dan digital ini,” kata Ridlwan.

Berita Terbaru

Adu Gagasan Debat Terakhir Pilkada Kudus 2024, Pengamat: Bellinda Lebih Visioner Ketimbang Hartopo

Kudus - Pasangan calon (paslon) Pilkada Kabupaten Kudus 2024 beradu gagasan dalam debat terbuka kedua yang digelar Komisi Pemilihan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini