Ini Dia Bapak Anarko-Sindikalis Dunia

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Aksi May Day memperingati Hari Buruh Internasional 1 Mei 2019 menyadarkan kita bahwa ada lagi kelompok yang ingin mengubah tatanan sosial-politik bangsa nusantara mulai bersemayam di negeri ini yaitu komunitas Anarko-Sindikalis. Sebuah paham yang dikembangkan seorang dari keluarga buruh Jerman, Rudolf Rocker.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bahkan mengaku sedang menyelidiki komunitas yang mengedepankan vandalisme atau perusakan fasilitas umum dalam aksinya tersebut. Dia penasaran mengapa kelompok dengan tingkah negatif tersebut bisa tumbuh di Indonesia.

Rudolf Rocker (1873-1958) lahir di Mainz, Rhineland, Jerman, di sebuah keluarga buruh terampil beragama Katolik yang berpandangan liberal. Kedua orang tuanya meninggal saat Rocker masih berusia sangat muda, sehingga membawanya pada kehidupan sebuah panti asuhan Katolik.

Sejak muda dia sudah menganut paham sosialis karena bergabung dengan Partai Sosial Demokrat Jerman. Tetapi dia mendukung oposisi sayap kiri, Die Jungen (Kaum Muda) sekitar 1890.

Tak lama berselang pandangan Rocker menjadi lebih condong ke Anarkisme. Itu adalah sebuah arus intelektual pemikiran sosial yang menganjurkan penganutnya menghapus monopoli kekuatan ekonomi serta semua lembaga politik maupun sosial yang memaksa masyarakat menjadi kapitalis.

Sebagai gantinya, kaum Anarkis harus memiliki asosiasi bebas dari semua kekuatan produktif yang didasarkan pada kerja sama koperasi.

Penganut ideologi itu akan berusaha mengganti negara-negara nasional yang ada saat ini dengan alat-alat politik dan birokrasi mereka yang tak bernyawa.

Dalam perjalanannya Rocker menjadi terlibat aktif dalam gerakan anarkis Yahudi meski dia bukan seorang Yahudi.

Pada 1906 dia memiliki pengaruh yang sangat kuat pada Gerakan Anarkis. Dia bahkan bisa mengembangkannya hingga ke London Timur Inggris dan Amsterdam Belanda.

Setahun kemudian dia bahkan menjadi anggota Biro Anarkis Internasional yang dibentuk Kongres Anarkis Internasional di Amsterdam.

Kaum anarkis Yahudi sangat aktif dalam gerakan serikat buruh yang pada waktu itu tengah tumbuh, dan Rocker cenderung mendukung pengembangan Anarko-Sindikalisme sebagai sebuah bentuk baru teori serta praktik anarkis.

Rocker menentang keras kedua belah pihak yang terlibat dalam Perang Dunia I pada tahun 1914. Maka selang beberapa bulan dia diasingkan sebagai musuh. Setelah itu, gerakan Anarkisme Yahudi pun bubar karena banyak anggotanya yang tertarik kepada paham zionisme ataupun komunisme.

Pada tahun 1918, Rocker dideportasi dari Inggris dan dibuang ke Belanda, kemudian dia segera kembali ke negeri kelahirannya, Jerman. Lantas Rocker menjadi figur utama dalam gerakan Anarko-Sindikalis di Jerman.

Menjelang akhir hayatnya, Rocker banyak menulis artikel, pamflet dan buku tentang kajian libertarian tentang konflik antara nasionalisme dan kebudayaan, biografi-biografi Johann Most dan Max Nettlau, dan sebuah otobiografi panjang.

Anarko-Sindikalisme adalah buku Rocker yang paling mudah didapat. Buku ini lahir dari meletusnya Perang Sipil dan Revolusi Spanyol pada tahun 1936, sebuah peristiwa yang menghantarkan kembali Anarkisme ke kancah politik untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Pertama dan Revolusi Rusia.

Melalui buku itu Rocker seperti menawarkan visi untuk melawan seluruh kecenderungan eksploitasi dan dominasi dalam pemikiran sosial, politik, dan ekonomi modern.

“Kekuasaan hanya bekerja secara destruktif,” begitu Rocker menulis pada tahun 1938.

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini