MATA INDONESIA, JAKARTA – Sektor UMKM diprediksi masih bisa ditingkatkan kontribusinya bagi perekonomian Indonesia. Namun, hal itu perlu ditopang oleh peran logistik mulai dari hulu hingga hilir.
Hal ini disampaikan oleh Asisten Deputi Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) Ari Anindya Hartika. Ia mengungkapkan bahwa UMKM adalah sektor yang paling dominan dari sisi jumlah pelaku usahanya yaitu mencapai lebih dari 64 juta.
“Jumlah ini setara dengan 99,62 persen dari total usaha di Indonesia. Dari jumlah itu yang paling banyak adalah segmen usaha mikro,” ujarnya, belum lama ini.
Namun sayangnya jumlah UMKM yang besar tersebut tidak dibarengi dengan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Lantaran sektor usaha besar (industri) jumlahnya hanya 0,01 persen yanng memberikan kontribusi utama bagi perekonomian tanah air.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya peran industri logistik. Menurutnya, industri logistik bisa dimanfaatkan untuk pengadaan bahan baku, pengadaan barang setengah jadi hingga penjualan produk akhir UMKM.
“Semua butuh peran jasa logistik. Entah dengan sepeda motor, mobil, truk kontainer dan lainnya,” katanya.
Namun di masa pandemi ini, tarif angkutan logistik ikut melonjak antara 30-40 persen karena dipicu oleh kelangkaan kontainer. Hal ini menyebabkan pelaku UMKM dan pelaku usaha besar lainnya harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal.
Selain itu, masih banyaknya pungutan liar di sejumlah daerah yang menyebabkan biaya logistik menjadi membengkak. Kemudian persoalan Infrastruktur yang kurang memadai terutama di daerah terpencil. Persoalan tersebut membuat harga akhir produk UMKM menjadi lebih mahal.
Pemerintah pun mulai merancang strategi untuk memangkas harga logistik yang mahal. Ari mengklaim pemerintah telah mengatur langkah strategis seperti kerjasama dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang akan menjadi mitra pengiriman produk UMKM baik di dalam atau di luar negeri. Kemudian bersama lintas sektoral pemerintah meresmikan pusat logistik berikat (PLB) beberapa waktu lalu.
“Inilah yang menjadi salah satu persoalan yang harus diselesaikan bahwa mengapa produk UMKM kita sulit bersaing karena harga lebih mahal terutama jika dibandingkan dengan harga di marketplace karena cost logistiknya juga mahal,” ujarnya.