Hari Perawat Internasional, Potret Kegigihan Florence Nightingale

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Seandainya Florence Nightingale mengalah kepada ibu dan kakaknya menerima lamaran seorang bangsawan yang juga penyair Inggris Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), mungkin tanggal 12 Mei tidak pernah ada Hari Perawat Internasional.

Pada 1851, bagi orang Inggris perawat adalah pekerjaan hina yang disamakan dengan pelacur karena profesi ini saat itu sering berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka sehingga bukan profesi yang sopan.

Apalagi, banyak pasien tidak berpendidikan yang dirawat di rumah sakit sering memperlakukan perempuan tidak senonoh kala itu. Jadi perawat di negeri Ratu Elizabeth ketika itu lebih banyak lelaki dari perempuan.

Namun, Florence bersikukuh memusatkan hidupnya pada dunia perawatan daripada menerima lamaran bangsawan tersebut.

Dengan keputusannnya itu, nama Florence menjadi terhormat saat Perang Krimea pada 1854. Tentara Inggris bersama Prancis menghadapi tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, tetapi yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.

Harian TIME pun mengabarkan kisah para prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya. Tulisan itu menggugah hati rakyat Inggris terutama Florence.

Dia bahkan menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan di kancah Perang Krimea tersebut. Teryata dia satu-satunya yang mendaftar.

Maka 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang juga dilatihnya termasuk sang bibi, Mai Smith berangkat ke medan pertempuran.

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh perawatan.

Dokter-dokter bekerja cepat memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya. Potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja di luar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain.

Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.

Dia pun melakukan perubahan penting seperti mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit serta diberi tenda untuk peneduh.

Dia juga membereskan gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang dengan dibuang jauh-jauh atau ditanam.

Dari hasil kerjanya itu dia mendapat julukan Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.

Dewan Perawat Internasional (ICN) pernah mengusulkan kepada Presiden AS Dwight D. Eisenhower memproklamirkan “Hari Perawat” pada 1953, namun tidak disetujui. Akhirnya pada 1974 ICN memilih tanggal lahir Florence Nightingale 12 Mei sebagai Hari Perawat Internasional karena dia dianggap menemukan konsep keperawatan modern di Krimea.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini