MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Sejak kudeta militer pada awal Februari, keruntuhan ekonomi tak dapat dihindari dan pelanggaran hukum telah meningkatkan aktivitas kriminal di Myanmar, terutama di daerah perbatasan utara oleh geng-geng asal Cina, berdasarkan laporan dari Institut Perdamaian Amerika Serikat (AS).
Menanggapi laporan tersebut, pihak berwenang Cina berusaha melakukan investigasi terhadap buronan penipu yang beroperasi di seberang perbatasan Myanmar. Tak tanggung-tanggung, Cina mengancam akan memotong dana pensiun dan tunjangan lainnya untuk anggota keluarga para buronan ini.
Kelompok kriminal berskala besar telah lama beroperasi di wilayah tersebut, sebagian besar berada di luar kendali junta militer Myanmar. Wilayah itu digunakan sebagai basis penipuan telekomunikasi dan penipuan internet yang terorganisir dengan baik, serta menjadi tuan rumah kasino ilegal.
Pada April, Presiden Cina, Xi Jinping mengatakan bahwa Negeri Tirai Bambu akan dengan tegas menindak para pelaku penipuan telekomunikasi dan internet di Negeri Pagoda.
Berdasarkan laporan, sebagian besar tersangka saat ini berada di wilayah Myanmar utara. Mereka berada di bawah kendali milisi, beberapa di antaranya turut menentang pemerintahan junta militer –yang merebut kekuasaan dari pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, sebagaian mendukung junta militer, dan sisanya memilih netral.
“Dalam dua bulan sejak militer menegakkan kembali kekuasaannya yang penuh gejolak, kegiatan kriminal di Myanmar telah meluas secara dramatis, menghadirkan tantangan baru bagi upaya dan kemampuan kawasan untuk mengendalikan kejahatan lintas batas,” demikian pernyataan Institut Perdamaian Amerika Serikat –sebuah lembaga yang didanai pemerintah AS, melansir Malay Mail, 8 Juni 2021.
Sebagai catatan, sebagian besar wilayah utara Myanmar merupakan wilayah penghasil obat terlarang Segitiga Emas. Sementara di wilayah utara dan timur laut yang berbatasan dengan Cina dan Thailand, merupakan pusat kasino ilegal yang menurut otoritas penegak hukum digunakan untuk pencucian uang.
Pakar keamanan khawatir bahwa ekonomi yang runtuh dan meningkatnya pertempuran antara kelompok etnis dan militer Myanmar akan semakin meningkatkan aktivitas terlarang di negara tersebut. Daya tarik kejahatan juga akan kuat bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau bisnis mereka.