MATA INDONESIA, JAKARTA – Tes PCR dan antigen masif dilakukan dalam beberapa pekan terakhir di Indonesia. Tak hanya itu, muncul lagi tes saliva yang diyakini efektif mendeteksi COVID-19.
Dalam beberapa pekan terakhir, Indonesia memasuki masa darurat sebab gelombang kedua COVID-19 sedang terjadi. Setiap hari semakin banyak penduduk yang terus dinyatakan negatif terpapar virus SARS-CoV-2 ini.
Bagaimana para ahli menanggapi tes saliva untuk deteksi virus SARS-CoV-2? Benarkah tes jenis ini mampu menggantikan tes swab antigen dan PCR? Untuk mempercepat deteksi COVID-19, tes saliva diduga bisa menjadi pilihan alternatif. Tes ini bahkan diklaim memiliki performa akurasi yang tinggi, dengan tingkat efektivitas mencapai 94 persen dan spesifisitas sebesar 98 persen.
Dikutip dari Halodoc, Jumat 2 Juli 2021, tes saliva hanya mengandalkan sampel air liur, dengan pengambilan sampel yang dinilai jauh lebih baik daripada swab pada hidung yang umumnya terasa menyakitkan atau bikin tidak nyaman. Apalagi tes swab juga harus dilakukan oleh tenaga ahli supaya tidak terjadi kesalahan atau bahkan luka.
Meski cara melakukannya cukup mudah dan sederhana, para ahli mengatakan bahwa tes saliva dinilai belum terlalu memuaskan untuk bisa mendeteksi keberadaan virus corona dalam tubuh seseorang.
Air liur memang memiliki jumlah virus yang banyak dan biasanya ia berasal dari tenggorokan atau nasofaring. Namun virus mungkin tidak banyak ditemukan jika hanya melalui air liur saja. Para ahli menyebut kondisi ini sebagai shedding virus, artinya partikel virusnya itu tidak sampai ke saliva. Jadi salivanya saja yang diambil, tetapi virusnya tertinggal di rongga mulut.
Hasil penelitian di luar negeri juga mengatakan bahwa tes saliva juga masih kurang memuaskan. Namun, para ahli tetap terus mengembangkan terobosan ini, seperti misalnya di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), RSUP Dr Kariadi Semarang, dan Rumah Sakit Nasional Dipenogoro yang bekerja sama dengan PT Bio Farma.