Duh! Rupiah Malah Melemah Tipis di Akhir Pekan, Ada Apa?

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Nilai Tukar rupiah ditutup melemah atas dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, 8 November 2019. Mengutip data RTI Bussines, Rupiah ditutup di posisi Rp 14.014 per dolar AS atau turun 0,14 persen.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah hari ini disebabkan oleh sejumlah sentimen dari eksternal di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal damai dagang antara AS dan China. China dan AS dikabarkan telah sepakat untuk menurunkan tarif barang satu sama lain dalam kesepakatan perdagangan “tahap satu”.

Kedua, Bank of England (BoE) tiba-tiba memilih untuk memotong suku bunga karena ketidakpastian yang ditimbulkan oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

“Sampai saat ini, BoE telah menolak mengikuti Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa dalam memangkas suku bunga utamanya, tetapi hasil pertemuan Kamis menunjukkan bahwa BoE siap untuk mengubah pendiriannya pada kebijakan moneter,” katanya sore ini.

Sementara dari internal, yang membuat rupiah tak turun dalam karena data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2019 menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) yang dirilis hari ini, NPI pada kuartal III/2019 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit 46 juta dolar AS, jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar 2,0 miliar dolar AS.

“Pemerintah telah berhasil menetralisir kondisi ekonomi global akibat perang dagang dan BREXIT sehingga NPI bisa ditekan, walaupun bagusnya data NPI namun idak bisa mengangkat sentimen positif terhadap mata uang rupiah. Namun ini bukti nyata bahwa ekonomi dalam negeri tetap terjaga dengan baik,” ujarnya.

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini