Utusan PBB: Pertumpahan Darah di Myanmar Harus Dihindari

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener mengatakan di hadapan Dewan Keamanan PBB bahwa pertumpahan darah akan segera terjadi karena tindakan represif militer terhadap para pengunjuk rasa anti-kudeta.

Pada kesempatan yang sama Schraner Burgener mengungkapkan bahwa junta militer yang merebut kekuasaan dari pemimpin de facto tak mampu mengelola Myanmar dengan baik.

“Pertimbangkan semua alat yang tersedia untuk mengambil tindakan kolektif dan melakukan apa yang benar, apa yang layak diterima rakyat Myanmar dan mencegah bencana multidimensi di jantung Asia,” kata Schraner Burgener, melansir Reuters, Kamis, 1 April 2021.

“Dewan Keamanan PBB harus mempertimbangkan tindakan yang berpotensi signifikan untuk membalik jalannya peristiwa karena pertumpahan darah sudah dekat,” sambungnya.

Setidaknya 521 warga sipil dilaporkan meninggal dunia sejak kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar pada 1 Februari, sebanyak 141 di antaranya terbunuh pada Sabtu (27/3), Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan.

Pertempuran juga terjadi antara aparat keamanan Myanmar dan pemberontak etnis minoritas di daerah perbatasan. Setidaknya tiga kelompok etnik bersenjata bersedia bergabung dengan seluruh kelompok etnik untuk memerangi junta militer, di antaranya: Arakan Army, Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang.

“Tindakan kekerasan oleh militer ini sama sekali tidak dapat diterima dan membutuhkan pesan yang kuat dari komunitas internasional,” kata Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward, menambahkan bahwa DK PBB harus memainkan perannya dalam konflik internal di Myanmar.

Dewan Keamanan PBB sejauh ini telah mengeluarkan dua pernyataan yang menyatakan keprihatinan dan mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa di Myanmar. Namun, bahasa mengutuk pengambilalihan kekuasaan dan ancaman terhadap kudeta ditentang oleh China, Rusia, India dan Vietnam.

Meski menuai berbagai kecaman dan kutukan dari dunia internasional, aparat keamanan Myanmar berdalih bahwa apa yang mereka lakukan terhadap para pengunjuk rasa, semata-mata untuk menghentikan protes dan menjaga stabilitas keamanan negara.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini