Disurvei Gak Aman, Dokter Muda Ini Bela Indonesia Mati-Matian

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Survei dari sebuah konsorsium perusahaan nirlaba Deep Knowledge Group yang diterbitkan Majalah Forbes memancing pembelaan keras dokter muda Indonesia, dr. Andi Khomeini Takdir dan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19, Wiku Adisasmito. Mereka sebut Amerika Serikat jauh lebih parah, Indonesia masih disayang Allah.

Survei itu menyebutkan tingkat keamanan Indonesia dari pandemi Covid19 berada di urutan 97 dari 100 negara yang disurvei 5 Juni 2020. Sedangkan AS berada di urutan ke-58. Urutan paling buncit di tempati Bahama.

Anehnya, survei itu menempatkan Jerman di posisi kedua negara yang paling aman dari Covid19, padahal berdasarkan data worldometer, Jerman berada di urutan ke-9 negara dengan kasus Covid19 terbanyak. Sementara AS, masih memimpin dengan angka positif sudah melebihi 2 juta orang.

Andi yang juga ketua Jaringan Dokter Muda menegaskan tidak bisa membandingkan Indonesia dengan AS, misalnya.

“Negara kita tuh masih disayang Allah. Ini semoga bukan sombong, tapi kalau dilihat dari jumlah penduduk kita yang keempat terbesar di dunia, tapi jumlah kasus Covid19 kita di urutan ke 33, dan jumlah kematiannya di angka belasan,” begitu penjelasan Andi yang dikutip Rabu 10 Juni 2020.

Hal senada diungkapkan Prof Wiku Adisasmito yang mengatakan penelitian tersebut tidak tepat, apalagi menempatkan Indonesia pada posisi paling bontot dalam daftar tersebut.

Ia pun mempertanyakan bagaimana cara Deep Knowledge Group melakukan penelitian tersebut karena Gugus Tugas merasa sama sekali tidak dihubungi baik oleh Deep Knowledge Group maupun Majalah Forbes.

Menurut dia, setiap negara mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda dalam menangani pandemi ini. Jadi menurutnya, sangat tidak objektif apabila Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang ada pada daftar tersebut terkait dalam hal penanganan virus corona.

“Swiss, Jerman, ya boleh saja kalau dlihat dari ketahanan ekonomi. Dia PDB nya berapa, kita berapa, supaya bandinginnya sesuai,” ujar Wiku berargumen.

Kemampuan negara mengendalikan dikaitkan dengan kemampuan ekonominya juga, jumlah penduduknya juga, jadi harus dipertimbangkan seluruhnya. Saat berbicara kepada VOA Wiku menjamin rumus yang mereka gunakan tidak benar.

Wiku mengklaim bahwa penanganan virus corona di Tanah Air sejauh ini dipandangnya sudah tepat dan sesuai dengan karakteristik Indonesia.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini