Didukung Austria, Arab Saudi Tegaskan Tak Terlibat dalam Serangan 9/11

Baca Juga

MATA INDONESIA, RIYADH – Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan bahwa dokumen rahasia yang dirilis FBI pada peringatan 20 tahun serangan 11 September (9/11), menunjukkan pihak Kerajaan tidak terlibat dalam serangan tersebut.

“Kami telah, selama lebih dari satu dekade, menganjurkan perilisan dokumen apa pun yang terkait dengan hari tragis itu, dengan keyakinan penuh bahwa pengungkapan data apa pun dalam dokumen itu akan sepenuhnya menunjukkan, tidak ada keterlibatan Arab Saudi dengan cara apa pun,” Pangeran Faisal mengatakan dalam konferensi pers.

“Kami juga telah, selama beberapa dekade, menjadi mitra kunci dalam perang global melawan terorisme dan kami akan terus melakukannya. Perilisan dokumen-dokumen ini sama sekali tidak mempengaruhi hal itu,” tambahnya, melansir GDN Online.

Pangeran Faisal juga menegaskan bahwa Arab Saudi hingga saat ini konsisten memerangi ekstremisme dan terorisme yang hingga saat ini masih menjadi ancaman bagi keamanan global.

“Kami, sebagai komunitas global, harus terus bekerja sama untuk menghadapi ancaman itu karena itu adalah ancaman yang berkembang dan tanpa kerja sama global, tanpa bekerja sama, kita tidak akan dapat memastikan bahwa ancaman itu tetap terkendali dan dihitung,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg menegaskan bahwa Arab Saudi memiliki peran penting dalam keamanan kawasan.

Komentar menteri Saudi itu muncul saat FBI merilis dokumen yang baru dideklasifikasi terkait dengan penyelidikannya atas serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS), menyusul perintah eksekutif dari Presiden Joe Biden.

“Kami telah menyerukan proposal untuk gencatan senjata komprehensif di Yaman dan sebagai bagian dari itu juga jalan menuju dialog politik dan proses politik yang akan mengakhiri konflik itu,” kata Pangeran Faisal.

Meski berulang kali membantah terlibat atau memiliki peran dalam serangan yang menelan 3,000 jiwa itu, dokumen setebal 16 halaman yang dirilis oleh FBI itu mengungkap bahwa 15 dari 19 pelaku pembajakan berasal dari Arab Saudi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Media Sosial sebagai Alat Propaganda: Tantangan Etika dalam Pengelolaan oleh Pemerintah

Mata Indonesia, Jakarta - Di era digital, media sosial telah menjadi saluran utama komunikasi massa yang memfasilitasi pertukaran informasi dengan cepat. Dalam kerangka teori komunikasi, media sosial dapat dilihat sebagai platform interaksi yang bersifat dialogis (two-way communication) dan memungkinkan model komunikasi transaksional, di mana audiens tidak hanya menjadi penerima pesan tetapi juga pengirim (prosumer). Namun, sifat interaktif ini menghadirkan tantangan, terutama ketika pemerintah menggunakan media sosial sebagai alat propaganda.
- Advertisement -

Baca berita yang ini