Dalam Kotbah di Mosul, Paus Fransiskus Gaungkan Perdamaian

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSUL – Warga Muslim dan Kristen di Mosul berbagi kisah dengan Paus Fransiskus mengenai kehidupan mereka di bawah pemerintahan brutal ISIS, ketika Paus memberkati sumpah mereka. Dalam khotbahnya, Paus mengatakan bahwa persaudaraan lebih abadi ketimbang pembunuhan antar saudara.

Paus Fransiskus, dalam perjalanan bersejarah ke Irak, terbang ke Mosul dengan helikopter untuk mendorong pengikatan luka sektarian dan untuk mendoakan yang mati dari agama apa pun. Paus berusia 84 tahun itu berjalan melewati reruntuhan rumah dan gereja ke alun-alun yang dulunya merupakan pusat kota tua yang berkembang pesat.

“Betapa kejamnya negara ini, tempat lahir peradaban, harus dilanda oleh pukulan yang begitu biadab dengan tempat-tempat ibadah kuno yang juga turut dihancurkan dan ribuan orang –Muslim, Kristen, Yazidi dan lainnya, secara paksa mengungsi atau dibunuh,” tutur Paus Fransiskus, melansir Reuters, Minggu, 7 Maret 2021.

“Hai ini, bagaimanapun, kami menegaskan kembali keyakinan kami bahwa persaudaraan lebih tahan lama daripada pembunuhan antar saudara,  bahwa harapan lebih kuat daripada kebencian, dan bahwa perdamaian lebih kuat daripada perang,” ucapnya.

Kota Tua Mosul adalah rumah bagi gereja dan masjid kuno yang dihancurkan tahun 2017 oleh pertempuran berdarah antara pasukan Irak dan koalisi militer internasional melawan ISIS. Sayang, korupsi dan pertikaian di antara politisi Irak masih menghambat upaya untuk membangun kembali Kota Tua Mosul dan sebagian besar kota.

Paus kemudian membaca doa sambil mengucapkan kembali salah satu tema utama perjalanannya, yakni, selalu salah untuk membenci, membunuh, atau berperang dengan mengatasnamakan Tuhan.

Komunitas Kristen Irak, salah satu yang tertua di dunia, sangat terpukul oleh konflik yang terjadi selama bertahun-tahun. Pastor Raid Adel Kallo, pendeta dari Gereja Kabar Sukacita yang hancur menceritakan bagaimana pada 2017, ia pergi dengan keluarga Kristen meninggalkan daerah tersebut.

“Mayoritas telah beremigrasi dan takut untuk kembali. Tetapi saya tinggal di sini dengan dua juta Muslim yang memanggil saya dengan sebutan ayah dan saya menjalankan misi saya bersama mereka,” kata Pastor Raid Adel Kallo yang mempromosikan hidup berdampingan secara damai antara umat Muslim dan Kristen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Memperkokoh Kerukunan Menyambut Momentum Nataru 2024/2025

Jakarta - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, berbagai elemen masyarakat diimbau untuk memperkuat kerukunan dan menjaga...
- Advertisement -

Baca berita yang ini