MINEWS, JAKARTA – Ajang China-ASEAN Expo (CAEXPO) bukanlah hal baru bagi Indonesia. Misalkan pada tahun 2014, Indonesia mencatatkan perolehan nilai transaksi sebesar 5,3 juta dolar AS. Kenaikan nyaris 100% dibanding tahun 2013 yang sebesar 2,8 juta dolar AS.
Sejumlah produk Indonesia cukup menarik minat rakyat Cina. Salah satunya adalah sabun mandi dari PT Sunindo Bangun Kersana meraih permintaan senilai 498 ribu dolar AS. Kemudian, ada juga bulu mata palsu milik Bio Takara juga menerima permintaan senilai 200 ribu dolar AS.
Indonesia pada CAEXPO 2014 juga mengadakan kegiatan business matching antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha Cina. Hal ini memicu terjadinya kesepakatan antara importir Cina atas permintaan kopi luwak bubuk dengan kontrak kerjasama sebesar 120 ribu dolar AS dan jenis green bean senilai 563 ribu dolar AS.
Selain itu, CV Zoehada, produk pangan kreatif (Bakpiapia Djogdja) mendapat permintaan dari pelaku usaha Cina yang berminat untuk membuka franchise.
Dari sisi investasi, Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api menerima permintaan untuk perakitan spareparts berupa rantai sepeda motor dan sepeda.
Lalu di CAEXPO tahun 2015, Indonesia mampu mencatatkan transaksi sebesar 3,4 juta dolar AS dan dikunjungi lebih dari 20.000 pengunjung. Salah satu produk unggulan yang dipamerkan dalam paviliun Indonesia tersebut adalah produk sabun herbal dari Sunindo Bangun Kersana, perusahaan asal Cikupa, Tangerang.
Di tahun kedua keikutsertaannya, sabun herbal ini telah meraih order secara reguler sebanyak delapan kontainer, dan berhasil masuk ke jaringan supermarket besar di Cina.
Selain sabun herbal, produk sarang burung walet dan furnitur kayu Indonesia juga banyak mendapatkan permintaan.
Maju ke tahun 2016, tujuan Indonesia hadir dalam pameran CAEXPO yang ke XIII tersebut adalah untuk mempertahankan pasar Cina dan merebut pasar Asia.
Produk-produk unggulan Indonesia kembali membukukan transaksi yang cukup besar yaitu lebih dari 3 juta dolar AS, diperoleh dari hasil ‘trial order’ dan penjualan ritel pada pameran kali ini.
Produk yang diminati pada CAEXPO 2016 yaitu produk furnitur berhasil mencatatkan perolehan transaksi tertinggi, yaitu mencapai 1,77 juta dolar AS, disusul produk aksesori dan perhiasan sebesar 444,6 ribu dolar AS, produk makanan dan minuman (mamin) sebesar 422,7 ribu dolar AS, produk dekorasi rumah 268,8 ribu dolar AS, serta produk barang konsumsi, spa, herbal, dan kecantikan mencatatkan transaksi sebesar 107 ribu dolar AS.
Kemudian pada CAEXPO 2017, Indonesia berupaya untuk memperkuat pasar ekspor ke Cina. Diikuti sebanyak 52 perusahaan yang mengisi 60 booth. Produk-produk yang ditampilkan dibagi ke dalam zonasi produk antara lain food & beverages, home decoration, furniture, accessories & jewellery, dan consumer goods.
Indonesia juga menampilkan ikon-ikon bangunan daerah dari Indonesia seperti Gazebo Jawa, Barong Bali, kain tapis dari Lampung, kopi Lampung dan sejumlah tarian daerah hingga pagelaran busana dari Lampung.
Sementara di CAEXPO tahun 2018 lalu, selain transaksi ritel dan potensi order, Indonesia juga berhasil mencatat kerja sama investasi. Transaksi dagang secara retail dan potensi order yang berhasil diraih sebesar 6,20 juta dolar AS atau meningkat 190% dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 2,14 juta dolar AS.
Tak hanya itu, juga tercatat kerja sama investasi di bidang kawasan industri terpadu (industrial park) yang ditandatangani dalam bentuk Letter of Intent (LoI) senilai 5 miliar dolar AS, antara Pacific Construction Group dari Cina dan PT Famindo Internasional Sentral Teknologi dari Indonesia.
Lantas bagaimana dengan tahun 2019 ini? Apakah Indonesia bakal mencatatkan transaksi yang lebih besar dari tahun lalu?
(Krisantus de Rosari Binsasi)