MINEWS, JAKARTA – Nilai Tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) diramalkan akan berbalik ke zona hijau di awal pekan ini, 11 November 2019.
Sebagai perbandingan Jumat kemarin, rupiah ditutup melemah di posisi Rp 14.014 per dolar AS atau turun 0,14 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi rupiah akan menguat di kisaran Rp 13.975 hingga Rp 14.040 per dolar AS.
Ia mengatakan pelemahan rupiah hari ini disebabkan oleh sejumlah sentimen dari eksternal di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal damai dagang antara AS dan China. China dan AS dikabarkan telah sepakat untuk menurunkan tarif barang satu sama lain dalam kesepakatan perdagangan “tahap satuâ€.
Kedua, Bank of England (BoE) tiba-tiba memilih untuk memotong suku bunga karena ketidakpastian yang ditimbulkan oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
“Sampai saat ini, BoE telah menolak mengikuti Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa dalam memangkas suku bunga utamanya, tetapi hasil pertemuan Kamis menunjukkan bahwa BoE siap untuk mengubah pendiriannya pada kebijakan moneter,†katanya Jumat lalu.
Sementara dari internal, yang membuat rupiah tak turun dalam karena data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2019 menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) yang dirilis hari ini, NPI pada kuartal III/2019 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit 46 juta dolar AS, jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar 2,0 miliar dolar AS.
“Pemerintah telah berhasil menetralisir kondisi ekonomi global akibat perang dagang dan BREXIT sehingga NPI bisa ditekan, walaupun bagusnya data NPI namun idak bisa mengangkat sentimen positif terhadap mata uang rupiah. Namun ini bukti nyata bahwa ekonomi dalam negeri tetap terjaga dengan baik,†ujarnya.