Aktivis Myanmar: Kami Akan Memenangkan Revolusi!

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Massa anti-kudeta berjanji untuk kembali menggelar serangkaian aksi unjuk rasa pekan ini, untuk mempertahankan tekanan terhadap junta militer selama momen liburan terpenting di Myanmar.

Negara anggota ASEAN itu memiliki tradisi liburan Tahun Baru selama lima hari yang dikenal sebagai Thingyan. Biasanya momen tradisi ini dirayakan dengan doa, ritual pembersihan patung Budha di kuil, dan penyiraman air di jalan-jalan.

Para aktivis di Myanmar pun menyarankan untuk memanfaatkan momen liburan ini dengan melakukan protes, termasuk dengan melukis penghormatan tiga jari yang digunakan oleh para demonstran di pot tradisional Thingyan yang diisi dengan bunga.

“Dewan militer tidak memiliki Thingyan. Kekuasaan rakyat ada di tangan rakyat,” tulis Ei Thinzar Maung, pemimpin kelompok protes Komite Kolaborasi Pemogokan Umum Myanmar di akun Facebook, Reuters, Selasa, 13 April 2021.

Ei Thinzar Maung mengatakan protes liburan lain yang direncanakan terhadap junta militer Myanmar termasuk percikan cat merah di trotoar dan peledakan klakson mobil. Aktivis juga menyerukan hari hening untuk memperingati tewasnya para korban kekerasan.

Kudeta 1 Februari menjerumuskan Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun langkah tentatif menuju demokrasi ketika militer mundur dari politik dan memungkinkan Aung San Suu Kyi untuk membentuk pemerintahan setelah partainya menyapu pemilu 2015.

Junta militer mengatakan, harus menggulingkan pemerintahannya karena pemilu November yang dimenangkan lagi oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) penuh dengan kecurangan. Namun, komisi pemilihan umum Myanmar menepis tuduhan tersebut.

Kudeta tersebut juga memicu protes harian oleh mereka yang menentang pemerintahan militer Myanmar. Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan sebanyak 710 warga sipil merenggang nyawa.

“Kami tidak merayakan Myanmar Thingyan tahun ini karena lebih dari 700 jiwa pemberani kami yang tidak bersalah dibunuh oleh pasukan junta yang tidak manusiawi secara tidak sah. Kami yakin kami akan memenangkan revolusi ini,” kata salah satu pengguna Twitter yang diidentifikasi sebagai Shwe Ei.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini