MATA INDONESIA, TEL AVIV – Nama operasinya Solomon. Operasi ini adalah salah satu cara Pemerintah Israel melakukan evakuasi besar-besaran warga Yahudi yang ada di Afrika, terutama di Ethiophia.
Sekitar 14.500 warga Yahudi pindah dari Ethiopia ke Israel. Pemerintah Israel mengerahkan 35 pesawat komersial hingga militer dan ada bantuan dari pesawat pemerintah Ethiopia.
Evakuasi ini termasuk cepat karena hanya memakan waktu kurang dari 36 jam. Ketika tiba di Israel, mereka dibawa dengan ratusan bus ke lebih dari 40 tempat penginapan seperti hotel atau wisma. Evakuasi ini tercatat dalam sejarah penerbangan karena dalam proses evakuasi, setiap kursi pesawat ditempati dua hingga tiga orang. ”Kami membuat sejarah. Ini pertama kalinya pesawat Boeing 747 atau pesawat jenis lainnya di dunia membawa 1087 orang. Saya pikir ini tak akan terjadi lagi,” kata salah seorang pilot.
Pemerintah Israel melakukan evakuasi ini pada 1991 karena Ethiophia sedang rusuh. Raja mereka, Kaisar Heile Selassie turun tahta karena kudeta militer. Pemimpin baru Kolonel Mengistu Haile Mariam menerapkan rezim Marxis. Perlawanan sepihak pun terjadi. Militer bertarung melawan militer. Dampaknya bencana kelaparan menyelimuti Ethiopia. Komunitas Yahudi yang berada di negara tersebut menjadi korban. Beberapa warganya melarikan diri ke Sudan.
Israel sebagai negara Yahudi tak tinggal diam. Menteri Dalam Negeri Israel saat itu, Shlomo Hillel menyerukan untuk membantu warga Yahudi di Ethiophia. Apalagi mereka punya hukum “Israeli Law of Return.”
Hukum ini merupakan regulasi di Israel yang memberi hak semua orang Yahudi untuk tinggal di Israel dan mendapatkan kewarganegaraan Israel.
Orang Ethiophia keturunan Yahudi yang tinggal di Israel berjumlah ribuan. Pemerintah Israel punya kewajiban untuk menyelamatkan orang-orang yahudi di Ethiophia. Tak heran gelombang kedatangan saudara-saudara yahudi meski kulitnya hitam terus terjadi.
Tujuan utama didirikannya Israel adalah atas impian Zionis untuk memberikan semua orang Yahudi sebuah tanah air.
Zaman Nabi Sulaiman
Orang-orang Yahudi di Afrika berasal dari kisah Ratu Sheeba dan Raja Salomo (Nabi Sulaiman). Ratu Sheeba dari Ethiopia kagum akan kemakmuran dan kebijaksanaan Salomo dan berkunjung ke Israel saat itu. Sesampainya disana, Raja Solomo kemudian menikahi Ratu Sheeba.
Dari hasil pernikahan ini membuahkan seorang anak bernama Menelik I. Legenda lain menyebutkan bahwa asal usul suku Israel berasal dari batalion suku Yehuda yang mengungsi saat Kerajaan Israel terpecah menjadi dua di masa Raja Yeroboam.
Mereka mengungsi ke daerah Mesir. Tetapi yang banyak meyakini Suku Israel berasal dari suku Dan yang mengungsi saat terjadi perang saudara antara Rehoboam (Anak Salomo dan Cucu Daud) melawan Jeroboam.
Beberapa catatan sejarah menyebutkan eksistensi suku Yahudi di era medieval. Di tahun 1488, Rabbi Ovadiah menulis surat mengenai pengalamannya di Ethiopia saat melihat dua orang berkulit hitam di mesir menjalankan praktek agama Yahudi. Dan mereka mengatakan berasal dari suku Dan. Suku Dan adalah satu dari 10 suku Israel yang hilang setelah masa aneksasi Asiria(Sekarang Irak) dan masa pembuangan dan perbudakan terhadap kaum Israel.
Di tahun 2001 , penelitian DNA dari Universitas Stanford menemukan kemiripan gen antara 11 sampel Falasha (Suku Israel) dan 4 sampel Yahudi-Yaman. Hal ini menunjukkan adanya hubungan bahwa Yahudi-Yaman berasal dari migrasi balik kaum Yahudi dari Ethiopia masuk ke Yaman. Tetapi penelitian DNA Mitokondria yang menelusuri gen yang hanya di wariskan oleh garis ibu membuktikan bahwa dari garis ibu , gen Israel adalah lokal. Hasil penelitian ini menunjukkan kekurangan gen wanita berdarah yahudi pada kelompok Yahudi di Ethiophia. Proses campur dengan wanita lokal menyebabkan garis perbedaan yang semakin jauh.
Agama kaum Yahudi di Ethiophia semula berbasis ajaran Yahudi. Tetapi sempat terjadi proses kristenisasi ada perubahan karena banyak yang kemudian menganut agama Kristen. Namun setelah kebijakan negara Israel (Law Of Return) keluar, Suku Yahudi Ethiophia yang datang ke Israel kembali menjalankan praktik Yahudi.
Reporter: Azzura Tunisya