MATA INDONESIA, JAKARTA – Mengklaim haknya atas takhta Inggris, William I atau William Sang Penakluk menjadi Raja Inggris pertama yang berasal dari bangsa Norman (Prancis). Kemenangan telaknya atas Raja Harold II di pertempuran Hastings menandai dimulainya era baru dalam sejarah Inggris.
William lahir sebagai anak haram dari Robert I, Adipati Normandia, dan selirnya Arlette, putri seorang penyamak kulit dari Kota Falaise. Robert I yang tidak memiliki putra lain, menunjuk William sebagai pewarisnya.
Kematiannya pada tahun 1035 membuat William terpaksa meneruskan jabatannya sebagai Adipati Normandia yang saat itu baru berusia tujuh tahun.
Status William selaku anak haram dan usianya yang masih belia menjadi sumber masalah sepeninggal ayahnya. Pemberontakan terjadi di mana-mana selama awal pemerintahannya. Para menak Norman saling berperang demi mendapatkan hak asuh atas William maupun demi kepentingan pribadi masing-masing. Karena pemberontakan yang terjadi hingga usianya remaja itu, William beberapa kali nyaris mati.
Pemberontakan berhasil padam setelah William menginjak usia 20 tahun. Saat itu, dia telah menjadi penguasa yang cakap. Dibantu Raja Henry I dari Prancis, dia pun mulai berjuang menegakkan kedaulatan Kadipaten Normandia.
Namun, tidak lama berselang, Raja Henry I justru berbalik melawannya. Beruntungnya, William berhasil menyalamatkan diri dari oposisi. Pada tahun 1063, dia memperluas perbatasan kadipatennya ke wilayah Maine.
Sekitar satu dekade sebelumnya, tepatnya tahun 1051, William sempat mengunjungi Inggris dan bertemu dengan sepupunya, Edward Sang Pengaku Iman, Raja Inggris kala itu yang tidak kunjung dikaruniai keturunan. Berdasarkan catatan sejarah, Edward berjanji akan menjadikan William sebagai pewarisnya. Namun, sebelum kematiannya, Edward malah memberikan takhta kerajaan kepada Harold Godwinson, seorang kepala keluarga bangsawan terkemuka di Inggris.
Selepas kepergian Edward pada Januari 1066, Harold Godwinson menjadi raja dengan nama Raja Harold II. William yang tidak terima segera membantah klaim tersebut. Dia beralasan bahwa Edward sudah lebih dulu mewariskan takhta padanya.
William lantas menyiapkan satu armada besar (sekitar 7.000 tentara) dan menginvasi Inggris di Pevensey pada September 1066.
Pada 13 Oktober, Harold tiba di dekat Hastings bersama pasukannya. Keesokannya, William langsung memimpin pasukannya untuk berperang. William berhasil mengalahkan dan menewaskan Harold bersama pasukannya dalam pertempuran Hastings setelah berperang sepanjang hari.
William akhirnya menjadi Raja Inggris pada hari Natal, 25 Desember 1066 di Westminster Abbey, London. Ia membenahi segelintir urusan pemerintahan Inggris sebelum pulang ke Normandia pada awal tahun 1067.
Meskipun beberapa kali terjadi pemberontakan, kedaulatan William atas Inggris dapat tegak sepenuhnya pada tahun 1075.
Penaklukannya itu mengakhiri peradaban Anglo-Saxon. Bahasa Prancis yang dipakai bangsa Norman menjadi bahasa kerajaan dan secara bertahap bercampur dengan bahasa Anglo-Saxon untuk melahirkan bahasa Inggris modern.
William terbukti sebagai Raja Inggris yang efektif. Sayangnya, menjelang akhir hayatnya, William menjadi repot dengan berbagai masalah yang mengganggu ketenteraman berbagai wilayah kekuasaannya di daratan Eropa. Masalah-masalah yang karena kelakuan putranya. Maupun ancaman invasi orang Dani atas Inggris.
Pada tahun 1086, William memerintahkan penyusunan Kitab Domesday. Yakni daftar seluruh tanah pertuanan feodal di Inggris beserta nama pemilik tanahnya. Ini merupakan salah satu pencapaiannya yang terkenal selama menjabat.
Masa pemerintahannya di Inggris mulai dengan pembangunan puri-puri. Pengukuhan para petinggi Norman menjadi bangsawan dan tuan tanah di negeri itu. Dan kemunculan muka-muka baru di jajaran rohaniwan Inggris. Alih-alih mempersatukan wilayah-wilayah kekuasaannya menjadi sebuah kekaisaran, William justru menyelenggarakan pemerintahan tiap-tiap wilayah secara terpisah.
Setelah kematian William pada tahun 1087, wilayah kedaulatannya pecah. Putranya, William Rufus, menjadi William II, Raja Inggris kedua yang berasal dari Normandia. Sementara takhta Kadipaten Normandia kepada Robert Courtehose.
Setiap Raja Inggris yang mengikuti William, termasuk Ratu Elizabeth II, menjadi keturunan raja kelahiran Norman. Menurut beberapa ahli silsilah, seperti kutipan British History, lebih dari 25 persen populasi Inggris juga memiliki kerabat jauh dengan William. Begitu pula sebagian orang Amerika keturunan Inggris.
Reporter: Safira Ginanisa