MINEWS, JAKARTA – Sepanjang sejarah Angkatan Darat (AD), pernah ada satu putra asli Sunda yang pertama kali memimpin satuan tersebut. Sosok itu adalah Umar Wirahadikusumah yang diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1969, kemudian menjadi Wakil Presiden ke-4 RI mendampingi Presiden Soeharto.
Umar lahir dari keluarga ‘darah biru’ Sunda di Situraja, Sumedang, Jawa Barat pada 10 Oktober 1924 dan meninggal di Jakarta 21 Maret 2003, tepat 16 tahun lalu.
Sosoknya tak bisa dilepaskan dari peran-perannya dalam membantu Soeharto sampai ke pucuk tertinggi kepemimpinan Indonesia pada masa tergulingnya Presiden Soekarno. Ia pun ternyata adalah alumni Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) yang didirikan Jepang tahun 1943, sama seperti Soeharto.
Karir militernya sudah terbentuk sejak masih belia. Sebelum masuk PETA, Umar terlebih dahulu mendapat pelatihan militer Dai Nippon di Tangerang selama empat bulan, lalu nekat bergabung dengan PETA.
Setelah menapaki karir cukup gemilang, saat terjadi peristiwa berdarah 1965, Umar menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Jaya.
Usai tragedi 1965, Umar lalu diangkat menjadi Pangkostrad menggantikan Soeharto yang sudah merebut kursi kepresidenan. Lalu ia menjadi KSAD pada tahun 1969. Inilah puncak karir tertinggi Umar di dunia militer.
Sampai saat ini, dari sederet nama-nama para jenderal yang pernah menjabat KSAD, didominasi keturunan Jawa, sesekali Batak. Lalu muncul Umar, sebagai keturunan Sunda pertama yang pernah menggenggam amanah tersebut, lalu disusul oleh KSAD saat ini Andika Perkasa.
Sebenarnya, Umar berpeluang mencapai puncak karir kemiliteran tertinggi, yakni menjadi Panglima ABRI (sekarang TNI). Namun, sayangnya Presiden Soeharto tak pernah memberi jabatan tersebut kepada Umar.
Soeharto malah menarik Umar dari militer dan memberinya jabatan sipil sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 1973 dan memberi jabatan Panglima ABRI justru kepada Maraden Panggabean di tahun yang sama.
Usai menjadi Kepala BPK, Umar benar-benar tak bersentuhan lagi dengan karir militer. Ia lalu diangkat ke posisi tertinggi sepanjang hidupnya, yakni Wakil Presiden ke-4 Republik Indonesia pada 12 Maret 1983, mendampingi Soeharto.
Umar dilantik sebagai Wapres di hari yang keramat bagi Orde Baru, yakni pada Jumat 11 Maret 1983, tepat 17 tahun setelah Soeharto mendapat Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Sosoknya seperti kebanyakan orang Sunda yang dikenal kalem. Perangai seperti itu dianggap sangat membantu Soeharto dalam menjalankan roda kepemimpinan.
Jabatan Wakil Presiden itu kemudian berakhir pada 11 Maret 1988. Umar menjadi dari suasana politik yang terus memanas. Ia lalu wafat pada 21 Maret 2003 dalam usia 78 tahun setelah mendapat perawatan masalah jantung dan paru-paru.
Semoga tenang di alam abadi wahai Umar. Berbanggalah kalian putera Sunda. (Ryan)